By Christie Damayanti
Raden Saleh Sjarif Boestaman (1811 -- 1880) adalah pelukis Indonesia ber-etnis Jawa-Arab yang mempionirkan seni modern Indonesia (saat itu Hindia Belanda).
Lukisannya merupakan perpaduan aliran Romantisme, yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa sang pelukis.
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa.
"Disini orang hanya bicara tentang gula dan kopi, kopi dan gula", ujarnya di sebuah surat.
Saleh membangun sebuah rumah di sekitar Cikini yang didasarkan Istana Calenberg, dimana ia pernah tinggal saat berada di Jerman.
Dengan taman yang luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, Taman Ismail Marzuki dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri sebagai Rumah Sakit PGI Cikini.
Istana cantik rumah Raden Saleh (tahun 1860-an) yang mewah di eranya, dengan taman luas, benar2 membuat aku terkagum2, sebagai seorang anak TK, sekitar tahun 1975 .....
Rumah Sakit PGI Cikini (RS Cikini) adalah rumah sakit swasta yang tidak bertujuan untuk meraih keuntungan finansial (not-for-profit), berlokasi di Jalan Raden Saleh Nomor 40, Cikini, Jakarta Pusat, seluas 5,6Ha di tempat bersejarah yang sebelumnya merupakan rumah pelukis kenamaan Raden Saleh
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Kraton Yogyakara bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke Bogor, dimana ia menyewa sebuah rumah dekat Kebun Raya Bogor, yang berpemandangan Gunung Salak.
Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.