Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Rumah Inklusi, "Accesible" Tinggi dan Ramah Disabilitas

Diperbarui: 5 Juni 2020   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah rumah inklusi, salah satu fungi tangga yang berdampingan dengan ramp nyaman untuk mengguna kursi roda. | www.blog.timesunion.com

Dalam arsitektur, desain universal berarti menciptakan ruang yang memenuhi kebutuhan semua orang, muda dan tua, mampu dan cacat atau disabilitas. Dari penataan kamar hingga pilihan warna, banyak detail digunakan untuk pembuatan ruang yang dapat diakses.

Arsitektur cenderung berfokus pada aksesibilitas bagi penyandang cacat, tetapi Desain Universal adalah filosofi di balik aksesibilitas.

Tidak peduli seberapa cantik, sebuah rumah tidak akan nyaman atau menarik jika si penghuni tidak dapat bergerak bebas melalui kamarnya dan secara mandiri melakukan tugas2 dasar kehidupan. 

Sekalipun setiap orang dalam keluarga memiliki tubuh yang sehat, kecelakaan mendadak atau efek jangka panjang dari penyakit dapat menciptakan masalah mobilitas, gangguan visual dan pendengaran, atau penurunan kognitif. Merancang untuk orang buta adalah salah satu contoh desain universal.

Mungkin, rumah impian kita memiliki tangga spiral dan balkon dengan pemandangan indah, tetapi apakah itu dapat digunakan dan diakses oleh semua orang di keluarga atau untuk tamu2 yang datang di rumah kita?

***

Realitas yang aku lihat dan aku hadapi di banyak sekali rumah2 mewah (terutama) di Jakarta atau di kota2 besar lainnya di Indonesia, adalah si arsitek LUPA untuk mendesain rumah2nya bisa didatangi oleh semua orang. Baik tua, muda, sehat atau disabilitas.

Rumah2 mewah itu bertngga2 berundak, cukup tinggi bagi sebagian orang. Terutama bagi orang tua yang susah untuk naik tangga, apalagi bai disabilitas pengguna kursi roda!

umaviagemdiferente.com

The Mobility Project

Jika biasanya untuk ke lantai atas dengan tangga berputar,tidak ada salahnya bisa diganti dengan ramp, untuk kursi roda.

Atau, jika antar ruang harus terdapat perbedaan ketinggian lanai, bisa dibuat ramp, dari pada dengan tangga walau hanya 2 atau 3 anak tangga, supaya fungsinya bisa kolaborasi dengan pengguna kursi roda.

Padahal sebagai arsitek, kami dituntut untuk mempunyai empati yang tinggi untuk karya2 kami. Mendesain itu bukan hanya sekedar cantik dan keren saja, tetapi desain kita harus bisa di datangi oleh demua orang, tanpa perbedaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline