Aku sungguh bersyukur, ketika Michelle anakku tinggal di Jepang sejak 2017 lalu, dan kami tidak mempunyai kerabat, saudara atau teman sama sekali, tetapi Michelle dikelilingi dengan teman2 dan sahabat2 yang sayang denan nya.
Pertama kali ketika Michelle minta utuk kuliah disana, sungguh, selain memang kuliah disana adalah sangat mahal, biaya hidup juga mahal, ku agak "alergi" dengan Jepang.
Karena apa?
Pertama, ketika pertama kali aku ke Jepang tahun 1982 bersama dengan kedua orang tuaku dan kedua aikku, aku masih duduk di bangku SD, aku merasa tidak nyaman karena bahasanya dan tulisan2 cacingnya! Bingung, tidak tahu jika tersesat, dan tidak bisa bahasanya jika mau bertanya.
Dan, aku benar2 tidak ingin ke Jepang lagi, apalagi jika sendirian .....
Kedua, ketika kedua kali aku kesana dan aku sudah menikah serta sudah punya 2 anak tahun 2000. Waktu itu, kami berjalan2 di Narita, yang sebenarnya Cuma transit di Narita, dari Amerika menuju Jakarta.
Mau makan di sebuah rumah makan dekat Hotel Nikko (transirnya 1 malam), waktu itu, astagaaaaaa ...... makan malam ramen bersama kami harus membayar lebih dari 1 juta! Tahun 2000, lho!
Kedua alasan kuat inilah (yang menurutku), yang membuat aku sedikit alergi tentang Jepang. Bagaimana bisa anakku justru ingin kuliah, kerja dan Tinggal di Jepang?
Kalau tidak karena Doraemon, hahahaha .....
Jadi, walau pun aku alergi, tentu aku tetap berusaha agak dia bisa kuliah dan kerja serta tinggal di jepang, dengan berbagai cara.