Sekali lagi, Jepang memang sangat terkenal dengan fasilitas2 yang "ramah disabilitas". Bukan hanya slogan saja, tetapi negeri ini sudah menerapkan semuanya, dimana kaum disabilitas dan prioritas sangat terbantu untuk bisa bergerak sebebas2nya, dengan cara mereka masing2.
Seperti aku, misalnya.
Aku sering ke Jepang, 3 bulan sekali untuk menjenguk anakku yang Tinggal disana. Dan aku juga seorang disabilitas dengan kursi roda ajaibku, yang benar2 melihat dan merasakan, betapa negeri cantik ini memberikan aku kesempatan untuk bisa travelling keliling jepang hanya aku sendirian ......
Awalnya, aku agak ragu ketika pertama kali aku kesana denagn kursi roda ajaibku, apakah aku benar2 mampu tanpa bantuan sama sekali dan tanpa teman?
Sangat ragu, ketika aku sadar bahwa aku hidup di sebuah negeri yang memang belum terlalu peduli dengan kesetaraan kehidupan bermasyarakat.
Tetapi, ternyata Jepang enar2 memberi aku kepedulian yang luar biasa, untuk kesejahteraan ku, meskipun aku hanya sekedar turis dan seorang ibu yang hanya berada selama 2 minggu di setiap kunjungan ......
Di setiap kunjunganku ke Jepang, aku selalu mngamati apapun di sekelilingku. Apapun! Apalagi dengan kenyataan tentang disabilitas (karena aku pun seorang disabilitas). Dimanapun jika aku melihat disabilitas, aku akan bersiap untuk memotret dengan caraku.
Karena, sebenarnya aku tidak boleh memotret mereka, itu menlanggar hak mereka. Tetapi, aku pun tetap memotret mereka lewat cara2ku, bukan untuk menertawakan, apalagi menghina. Justru, aku ingin menebarkan inspirasi dan motivasi untuk seluruh dunia!
Dia sendirian, dia masuk ke gerbong yang sama, juga bersamaan dengan aku. Petugas stasiun membawa "ramp mobile", untuk membantu aku dan dia, dan bersama2 nantinya di 1 gerbong, walau berlainan tujuannya.
Ketika di gerbong, sebenarnya aku ingin sekali ngobrol, tetapi sangat tidak mungkin karena aku yakin dia tidak bisa berbahasa Inggris. Apalagi, ketika aku mendengar dia berbicra dengan bahasa Jepang yang terpatah2 karena keterbatasannya, dengan petugas stasiun.
Ketika aku turun di tujuanku, dia masih di gerbong, tetapi dia mengerti bahwa dia haus bergesr untuk kursi roda ajaibku bisa lewat ke pintu keluar. Dengan keterbatasannya secara mental, dia pun mampu mandiri, bergerak sendiri, naik kereta sendiri tanpa teman.