By Christie Damayanti
Sehubungan dengan artikelku sebelum tentang Sistim Parkir Sepeda Berteknologi Tinggi di Jepang. Aku justru mau cerita yang bertolak belakang.
Hahaha .....
Ceritanya begini,
Anakku Michelle, 2 tahun lalu dia beli sepeda jengki hitam. Kerena sekali, heritage banget! Kayak sepeda onthel yang jadul, tetapi ini buatan baru.
Harganya sekitar 20.000 Yen, sekitar 2,3 juta Rupiah. Sebenarnya, kata Michelle harga segitu di Jepang, sama sekali tidak mahal, ang mahal adalah pajaknya. Sepeda pun juga dipajakkin, lho. Dan, mengurus data2 dan surat2 .... Entah surat apa.
Jadi, dia memakai sepeda dari apartemen ke stasiun, dan di stasiun dia menitipkan sepedanya di penitipan sepeda atau parkir sepeda dengan membayar 100 Yen. Atau, sepeda nya dipakai jika dia harus pergi yang tanggung. Tidak usah naik kereta (karena cukup mahal untuk anak kuliahan), tetapi cukup jauh jika jalan kaki.
Nah,
Jika ke stasiun, sudah pasti ada penitipan sepeda atau parkir sepeda yang merupakan fasilitas dari stasiun, sehingga tidak susah untuk mencari penitipan sepeda. Tetapi, jika dia harus pergi ke minimart, misalnya, sering kali tidak ada penitipan sepeda.
Penitipan sepeda atau parkir sepeda, letaknya cukup jauh sehingga dia dan warga Jepang ketika itu, memang agak malas untuk menitpkan sepedanya.
Dia harus ke sebuah tempat, dan memarkirkan sepedanya, bersama denagn wrga sekitar memarkirkan sepeda mereka, yang bukan ditempat penitipan sepeda.