By Christie Damayanti
Seharian, kami "bermain" disekitaran kaki Gunung Fuji. Dari Tokyo, aku dan Michelle dijemput lh owner Minimart Seven Eleven tempat michelle bekerja paruh waktu di Shin Urayasu, Mr. Sugiyama dengan istrinya, di suatu hari yang mendung di musim panas tahun 2019 lalu
Agustus 2019, badai Krosa menghantam Jepang di wilayah Kansai. Tetapi wilayah Kanto termasuk Tokyo terkena dampaknya, dengan hujan besar dan angin kencang terus menerus ......
Dan, hari itu pun, buntut Badai Krosa terus mengikuti kami, walau tidak terlalu parah .....
Kami pergi dari apartemen Michelle di Funabashi Hoten, Ciba naik mobil Mr. Sugiyama, masuk ke Tokyo Metropolitan, menuju Perfecture Yamanashi, tempat Gunung Fuji berada, sebuah gunung cantik kebanggaan Jepang, juga dunia.
Lalu di lereng Gunung Fuji Kawaguchiko, kami menanjak ke kaki gunung, memasuki Hutan Aokigahara, sebuah hutan yang viral karena tempat favorite bunuh diri, dari seluruh dunia. Mendaki terus, sampai ke pemberhentian terakhir untuk kendaraan bermotor, Mounth Fuji Fifth Station, dan jika mau mendaki gunung secara manual.
Di titik ini, adalah titik awal para pendaki baik professional ataupun wisatawan, yang ingin naik sampai ke punjak Gunung Fuji, lewat route yang sudah dipersiapkan. Dan di titik ini juga, merupakan salah satu titik wisata yang terkenal dengan bangunan2 Eropa serta hotel2 santiknya.
Setelah itu, kami turun dari kaki gunung dan masuk ke Kota Fujikawaguchiko dan dalam hujan yang cukup lebat serta awan hitam menggantung berat, kami sempat berhenti di Yamanaka Lake, sebuah danau seperti Danau Toba, yang merupakan "kawah" di kelilingi oleh pegunungan Fuji, dan berfoto sebentar disana.
Kami makan siang di restoran mungil tradisional Kedai Washokuden, dengan berbagai pilihan makanan tradisional Jepang, yang nikmat, apalagi dikelilingi orang2 yang penuh kasih dan sayang. Membuat perut kami kekenyangan dan kami berlanjut ke wilayah Narusawa City sebelum memasuki Narusawa Village, sebuah desa kecil nan cantik!
Dari Narusawa Village, mobil kami masuk ke desa lebih terpentil lagi, tetapi sanggup mengundang dunia untuk menjadikan desa Oshino Hakkai sebagai desa yang mempunyai Situs Wirisan Alam dan Budaya UNESCO, sebuah desa tematik.