Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

"Lemari Pendeteksi" GU, Mendeteksi Barcode Bertumpuk dan Tertekuk dalam Detik

Diperbarui: 14 September 2019   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GU, brand fashion, dengan swa bayarnya lewat "lemari scanner", yang bisa mendeteksi harga2 dalam sekian detik saja (Dokumentasi pribadi)

Hahaha ......

Mungkin ini judul yang lebay atau aku sangat tertinggal di dunia yang super canggih ini? Tetapi, yang jelas sampai sekarang aku masih bingung, bagaimana mesin itu bisa mendeteksi dengan ceat, walau barcode2 itu bertumpuk dan tertekuk2 .....

G.U. adalah desainer, produsen dan pengecer pakaian kasual diskon Jepang, dengan 422 toko (per Mei 2019) di seluruh negeri. Ini sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan Fast Retailing, yang lebih dikenal sebagai pemilik rantai ritel Uniqlo. Namanya adalah kata dalam kata GU atau jiy (atau : gratis), yang berarti bebas dari pakaian mahal. Produk khasnya adalah celana jeans, yang harganya hanya 990 yen saja. Wikipedia.

Menarik, bukan?

GU ini bersodara dengan Uniqlo, barangnya hampir sama, kualitas Jepang.Tetapi justru mnurutku barang2 atau baju2 fashion di GU, lebih baik dan menarik dibandingkan dengan baju2 fashion dari Uniqlo.

Tokonya, biasanya hampir bersebelahan dengan Uniqlo. Jika dalam 1 mall, hanya berada dalam lantai yang berbeda. Jika berada dalam 1 daerah, bisa berada di mall yang berbeda. Yang jelas, kita bisa membedakan produk2 mana dari Uniqlo dan produk2 mana dari GU.

Di Jepang, terutama di kota2 besar apalagi ibukota Tokyo, barang2 fashion biasanya dipatok dengan label dan harga yang mahal, termasuk menurut masyarakat Jepang sendiri. Apalagi diihat dari wisatawan2 Asia, termasuk Indonesia, yang memang tingkat hidupnya berada di bawah Jepang.

Itu memang permasaahan utama bagi wisatawan asing, yang genar berbelanja. Bahwa, ungkapan "Jepang adalahsalah satu Negara mahal", itu adalah memang benar!

Masalah kedua adalah tidak tersedianya ukuran2 yang dibutuhkan.

Sebagai contoh,

Anakku Michelle, dengan tinggi 173 cm dan berat 40 kg, serta kuran sepatu 41 atau 42, sangat kesulitan mencari ukuran baju dan sepatu di Jepang. Karena perempuan2 Jepang adalaah mungil2 dan tidak tinggi. Sehingga, jika ukuran celana harusnya S ( karena Michelle kurus), tetapi pipa celananya kependekan. Jika mencoba ukuran L, pipa celana tidak bermasalah, tetapi pinggangnya kelonggaran!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline