Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Basah Oleh Keringat dan "Mager" di Tokyo, Karena Kelembaban Tinggi

Diperbarui: 11 September 2019   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

By Christie Damayanti

                                                                                                                    

Lihatlah! Langit biru, terik matahari, bercampur mendung, tetapi tidak menyurutkan suhu udara yang tetap tinggi, dan kelembaban yang tetap tinngi .....

Masing2 negara memang berbeda2, termasuk suhu, cuaca dan kelembabannya. Aku hidup di Jakarta, dari lahir dan sampai sekarang. Sepanjang tahun, untukku Jakarta sudah menjadi bagian hidupku. Ya, panasnya, ya polusinya, bahkan kelembabannya.

"Kenyamanan" Jakarta itu, tidak bisa dibandingkan dengan negara2 lain, dimana aku pernah datangi. Disatu sisi, Jakarta sangat panas dan humit, tetapi ketika aku ke Amerika di musim panas, terntata sangat berbeda.

Amerika, khsusunya di Dallas tempat adikku bermukim, adalah kota yang panas di musim panas, sampai 40 derajat Celcius, bahkan mungkin lrbih, karena berada di tengah padang pasir dan padang rumput Texas, dan udaranya sangat kering!

Jika diluar rumah di musim panas, kita bisa2 terserang dehidrasi, dan berusaha masuk bangunan untuk mendapatkan semburan angin dari kipas angina tau AC. Kepala bisa sakit berat karena matahari sangat keam memancarkan sinarnya!

Berbeda dengan musim panas di Jepang, tempat anakku bermukim di Chiba. Rata2 seluruh Jepang, musim panas yang berada diantara mulai bulan Juni sampai akhir Agustus, suhu udara bisa sampai 35 derajat Celcius, tetapi kelembabanya sangat tinggi!

Di Jakaarta, karena aku tinggal di kota ini, aku sudah merasakan kelembaban yang cukup tinggi jika berada di luar bangunan. Apalagi, aku adalah seorang yang bekerja di lapangan, naik turun proyek dan meeting di tengah2 sinar matahasi terik di siang bolong, beberapa tahun lalu, sebelum aku terserang stroke.

Dan, karena aku tinggal di Jakarta, aku tidak akan complain dengan apa yang Tuhan berikan untukku, sehingga aku sangat menikmatinya, walau sekali2 aku menjadi sakit kepala dan sungguh jatuh sakit, dengan cuaca dan suhu Jakarta.

Tetapi, sangat berbeda dengan di Jepang. Dalam 2,5 tahun ini, aku menjenguk anakku yang tingaal di Chiba, sekitar 3 bulan sekali, dan aku sempat merasakan musim panas 2x, di tahun 2017 dan tahun 2019 sekarang ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline