Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

[Berburu Sakura 13] Aku, Michelle, Kayoko, Sakura, "Hanami" dan Shinjuku Gyoen National Park

Diperbarui: 23 April 2019   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sakura berbagai jenis, gemerisik ranting dan Sakuranya, indah sekali. (Dokumentasi pribadi)

Seri Berburu SAKURA, ketigabelas .....

Di Shinjuku Gyoen National Park, aku sudah seharian. Dari jam 10.00 pagi sampai jam 17.00 sore. Ketika sekitar jam 15.00, tiba2 ada seorang ibu2 separuh baya mencolek aku, ketika aku sedang sibuk berfoto selfie, bolak balik ke 1 pohon Sakura ke 1 pohon Sakura yan lain.

Sungguh, aku sangat menikmati hari itu. Wajahku pasti memerah, pink muda karena bahagia. Sepertinya, jika tidak terkendala tentang waktu dan selalu "siang terus", aku akan disini berhari2.

Bunga Sakura yang menjadi fenomenal dunia, saat itu ada di drpan aku. Berjuta2 bunga Sakura dengan berbagai jenis, dan ratusan pohon Cherry yang berbunga Sakura berwarna warni, nyata di hadapanku. Dan saat itu, aku sangat menikmati semuanya, secara tujuanku Maret 2019 di musim semi  ini, selain menjenguk anakku juga untuk "berburu Sakura" .....

Nama ibu setengah baya itu, Kayoko. Seorang itu setengah baya yang cukup menarik dengan jaket kulit hitamnya, menyapa ku untuk membantu aku berfoto bersama Sakura.

Mungkin, dia kasihan  melihat aku sibuk ber-selfie, tanpa ada yang memperdulikan aku. Jadi, dia mengambil kameraku dan banyak memfoto aku. Aku Cuma tertawa, sebegitu antusiasnya untuk membantu aku, membuat aku terharu .....

 

Aku dan Kayoko, berlatar Sakura dan langit biru. (Dokumentasi pribadi)

Aku dengan bunga2 Sakura dan langit biru | Dokumentasi pribadi

Mengapa terharu?

Selama hanpir 10 tahun ini aku menjadi seorang cacat karena serangagn stroke berat awal tahun 2010, aku sudah mengalami banyak hal. Dari yang mencemooh aku, melecehkan aku, empati dan simpati dengan ku, dan ada juga yang fully membantu aku, dengan berbagai cara.

Menjadi cacat, untukku selarang ini bukan sebuah akhir perjalanan, justru menjadi cacat adalah berkat dan anugerah yang luar biasa, dari Tuhan. Aku yakin, Tuhan punya maksud terbaik untukku denan kecacatanku. Dan yang jelas, dengan keadaanku seperti ini, banyak orang termotivasi dengan keadaanku.

Bahkan, selama aku teravelling sendirian di Jepang dalam 2 tahun belakangan ini berkali2, ada beberapa warga Jepang yang berkata denagn bahasa tubuhnya, bahwa mereka terheran2 dengan keadaanku, trvelling sendirian. Dan mereka memabntuku, dengan banyak cara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline