Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Pembangunan Berkelanjutan di Jakarta, Mampukah Terlaksana?

Diperbarui: 7 Desember 2016   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.designorate.com

By Christie Damayanti

“Pembangunan yang berkelanjutan kah, kota Jakarta?”

Ini adalah pertanyaan yang mendasar bagi Jakarta. Karena, seperti yang aku sering katakan di artikel-artikelku tentang Jakarta, bahwa kota tercinta kita ini akan terus ‘tenggelam’, jika kita tidak mau peduli dalam pembangunan secara fisik bangunan, atau termasuk secara sosial dalam masyarakat kota.

Mungkin sejak sekitar 10 tahun belakangan ini, para arsitek perkotaan sudah sadar dalam membangun kota yang berwawasan lingkungan. Konsep ideal bagi arsitek, pasti akan membuat Jakarta lebih baik.

Konsep IDEAL, lho!

Tetapi dalam kenyataannya, konsep ideal itu hanya berada dalam dunia perkuliahan. Dulu, kami mahasiswa arsitektur, harus mendesain konsep-konsep yang sungguh ideal untuk bangunan-bangunan bahkan perkotaan. Nilai-nilai tugas dan ujian akan mendapat bagus, jika konsep ideal itu di lakukan, selain tentunya konsep ideal itu berkesinambungan dengan desain-desain artistik dan ciamik!

Begitu juga ketika aku mengajar sebagai dosen di universitas atau kuliah-kuliah umum di beberapa universitas. Sebagai arsitek, sku mengajarkan sebuah idealisme yang tinggi untuk membangun sebuah tatanan desain bagi pribadi, perkotaan bahkan bagi dunia.

Tetapi, bagaimana hasilnya?

Ketika aku sebagai mahasiswa arsitektur yang lulus dengan nilai cukup tinggi dan dari awal selalu bekerja di perusahaan besar sebagai arsitek, kadang kala membuat aku tidak mampu untuk menjalankan idealismeku dalam mendesain. Begitu juga ketika mahasiswa-mahasiswaku lulus dengan hasil yang membanggakan pun, ternyata belum mampu untuk bisa menjalankannya, walau aku berusaha untuk terus mengingatkannya.

Karena yang terjadi adalah bahwa semuanya menjadi ‘bisnis’. Membangun, memang untuk penghidupan. Membangun rumah adalah untuk tempat tinggal. Membangun seolah adalah untuk tempat transfer ilmu. Atau membangun rumah sakit adalah untuk mengobati masyarakat.

Tetapi membangun pun sangat kental berhubungan dengan bisnis. Membeli rumah adalah lewat pengemvangun atatu secara pribadi lewat desain eorang arsitek yang dibangun oleh jasa konstruksi. Ini jelas ada bisnis didalamnya. Masing-masing mencari keuntungan. Bagi arsitek dan pemborong, tentu membutuhkan uang sebesar-besarnya. Dan bagi pembeli, tentu membutuhkan rumah yang senyaman-nyamannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline