By Christie Damayanti
Begitu kami masuk ke Airport Leonardo da Vinci, berarti kami memang benar2 harus pergi dari Roma, kembali ke dunia realitas kami, sebagai warga Indonesia. Tetapi kami masih memiliki waktu beberapa jam lagi, sebelum kami benar2 sampai ke Jakarta.
Kami masih bisa menikmati bandara Leonardo da Vinci, sebelum boarding, dan itu yang akan kami eksplore. Bandara itu cukup baik, balau tidak sebagus Charles de Gaulle di Paris. Termasuk ramai, bahkan katika kami lapar (karena jam makan siang tadi kami hanya bersantai2 saja di lobby hotel), kami susah mendapatkan makanan.
Restoran Italia cukup banyak tetapi semua full, penuh. Anak2 hanya ingin makan pizza, kesukaan mereka. Jadi ketika ada cafe2 yang menawarkan roti2 manis (Danish), serta salad dan buah, mereka sepertinya tidak jadi lapar. Dan aku hanya memaksa “harus makan”, jadi mereka hanya memesan buah2 segar saja.
Yang menarik di beberapa café disana bernama jual mobil2 balap keren! Ada Mercedes Banz Cafe, ada Ferrari Cafe, ada Lamborghini Café dan aku melihat dari jauh ada Mustang Café. Menarik, karena nama2nya dengan konsep ‘prasmana’ (ambil sendiri) dan harganya pun tidak terlalu mahal.
Karena aku didudukkan di kursi khusus untuk didabled (oleh petugas bandara), café yang terdekat adalah Mercedes Bez Café. Tidak hanya roti2 manis (Danish) saja yang ditawarkan, tetapi juga sandwich2 besar berharga sekitar Euro 5.00. Buah sebar dalam gelas tinggi cantik, berharda Euro 4.00 dan royi2 danish berharga sekitar Euro 3.00 – Euro 4.00. Salad buah segar, tergantung buah apa saja, karena buah2 tropical cukup mahal. Antara Euro 5.00 – Euro 8.00 per-mangkuk kecil.
Aku hanya mengambil 1 buah roti Danish dan 1 strawberry didalam gelas tinggi, diberi eskrim Gelatto (eskrim khas Italy yang sedikit ‘liat’ dan tidak terlalu dingin). Dan anak2ku hanya mengambil buah2 segar di atas gelas tinggi dengan eskrim Gelatto. Katanya, mereka akan makan banyak dipesawat saja …..
***
Bandara Leonardo da Vinci memang tidak sebagus bandara Charles de Gaulle, seperti yang aku katakana diatas, tetapi bandara ini juga mempunyai fasilitas2 yangnyaman, khusus nya untuk kaum disabilitas. Petugas2 bandara yang ramah, yang mendorong kursi rodaku dan memberikan banyak informasi. Bahkan aku di dudukkan di tempat duduk khusus untuk kaum disabiliats.
Bahkan untuk fasilitas toilet bagi kami kaum disabilitaas, sangat banyak dan ‘kekuatan’ materialnya sangat bagus. Misalnya, aku cukup heran ketika aku melihat pegangan untuk disabled dekat dengan closed, sampai 2 buah menyilang, tanpa aku tidak mengerti, mengapa seperti itu. Pasti si desainer punya maksud dan tujuan, mengapa di desain dobel. Tetapi apapun itu konsepnya, merupakan yang terbaik bagi kaum disabilitas.
Ya, bandara Leonardo da Vinci atau bandara2 selama kami berwisata di Eropa, adalah sangat ramah bagi kaum disabilitas …..