By Christie Damayanti
Sebelumnya :
Rencana ke Singapore, memang sangat mendadak. Tetapi bukan berarti tanpa rencana dan mimpi. Semuana untuk hobiku, Filateli Kreatif, dan mimpiu adalah ‘go internasional’. Itu sudah aku tuliskan di artikelku, link diatas. Sehingga, di hari pertama aku benar2 merencanakan untuk ke Museum Philatelic di Coleman Street, yang sebelumnya aku akan bertemu dengan teman Postcrossing ku yang tinggal di Singapore, Ray Choo.
Seperti banyak orang yang dalam keterbtasan, aku tidak banyak bertemu dengan banyak teman, karena keterbatasanku. Tetapi pikiranku dan mimpi2ku tidak terbatas. Duniaku memang sagnat terbatas, secara fisik, tetapi fisikbisa dieliminir dengan teknologi.
Setelah duniaku berubah, teman2ku lebih banyak berada I ‘dunia maya’. Dengan gadget2 yang ku punya, aku mampu berkeliling dunia dan teman2 dan sahabat2ku berasal dari seluruh dunia!
Selain prangko dan teman2nya, kartupos juga merupakan alat untuk berkomunikasi. Dan aku tergabung dengan Postcrossing dunia, untuk saling bertukar kartupos di seluruh dunia. Dari negara kecil sampai negara besar, dekat maupun jauh, bahkan ada beberapa negara yang aku pun tidak tahu berada dimana, tetapi aku mempunyai teman disana, seperti negara2 Afrika dan Eropa Timur (pecahan Russia), yang nama2nya benar2 tidak familier di telingaku, bahkan di telinga2 teman2ku yang lain.
Hari Jumat waktu itu di awal Juni 2016 lalu, setelah banyak diskusi tempat untuk bertemu lewat inbox FB, akhirnya aku dengan Ray Choo dan ditemani oleh Michelle kami janjian untuk makan siang di restoran Jepang Tampopo, Liang Court Mall Singapore, sekitar 1 blok dari hotelku di Circulair Quay.
Pagi2 aku dan Michelle setelah makan oagi di hotel, kami berjalan kaki (aku duduk di atas kursi roda) menuju Liang Court. Sambil bercanda, kami menapaki pedestrian cantik disana. Jejak langkah kami sangat nyata. Sebagai pemakai kursi roda, aku sangat merasa nyaman dan benar2 aman karena pedestrian yang mulus, bebas dari hambatan dan menerus. Membuat Michlle pun nyaman untuk mendorong kursi rodaku.
Sebelum makan siang, aku dan Michelle melewati masa2 ‘quality time’ ku antara ibu dan anak perempuannya. Kami mengabiskan bersama untuk mencari yang kami inginkan. Duduk di café dan setelah waktu datang, kami mencari Resto Tampopo di lantai 1, untuk menunggu Ray Choo datang.
Ray Choo adalah seorang pekerja, asalnya sebenarnya dari Malaysia, tetapi sekarang tinggal di Singapore bersama keluarganya. Dia tidak aku kenal, bahkan kami belum pernah tukar menukar kartupos juga.