Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Akhir Cerita di Kota Paris...

Diperbarui: 9 Februari 2016   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi"][/caption]Hari itu cukup membuat kami lelah. Berkeliling kompleks Notre Dame Cathedral, walau tidak bisa mengikuti misa karena tidak dapat tempat duduk dan di Trocadero, tempat trategis untuk berfoto dengan latar belakang Eiffel Tower. Menghapus kenangan cukup jelek tentang Paris, di hari pertama. Dan ini adalah hari ketiga .....

Sekitar jam 8 malam walau masih sangat terang dan matahari cukup hangat menusuk kulitku setelah gerimis dan mendung berat mengiringi langkah kami dari Trocadero. Kami mempelajari peta untuk pulang ke hotel setelah mampir makan mala di area sekitar hotel.

Kami ingin mencoba mengendarai bus, sehingga kami mempelajari peta Paris. Ditambah Lucy sahabatku, mau mengantar kami sekalian makan siang. Ditambah lagi, kami memang meminjam uang cash selama di Paris dan berjanji mengembalikannya dan dikonversikan dalam Rupiah.

Bus itu memang nyaman termasuk untuk disabled berkursi roda seperti aku. Konsepnya sama dengan ketika kami di Amsterdam. Supir bus di Paris dengan sigap membuka lempeng besi untuk ramp kursi rodaku naik ke dalam bus, dan dengan sigap juga menutup lempengan besi ramp itu dan memasukkan lagi ke dalam bus untuk digunakan lagi jika aku atau siapapun butuh bantuan, untuk turun dari bus.

Hujan gerimis turun lagi. Langit yang sebelumnya terang benterang, seketika berubah menjadi kelabu lagi. Dari Notre Dame Cathedral untuk ke hotelku melewati area China Town, memang cukup jauh. Paris sama saja dengan Jakarta, macet dimana2. Paris pun sama dengan Jakarta, dengan mobil2 yang sering menyerobot kesana kemari. Sehingga jika ditanya jarak dari A ke B, bukan jauhnya, tetapi lebih kepada macetnya. Jadi dari Notre Dame ke hotelku, melewati area China Town, memakan waktu sekitar 45 – 60 menit.

Bus berhenti disini dan kami bergerak menuju China Town Paris …..

Sampai China Town, kami turun dan sedikit berjalan 2 blok, dan kami masuk ke sebuh restoran Laos.

Jika ke luar negeri, kami memang lebih memilih restaurant Vietnam dibandingkan dengan retauran China. Mengapa? Karena, pertama kami memang lebih menyukai rasa makanan Asia selain dari pada China, karena bumbu2nya lebih lembut dan terasa lebih segar. Apalagi makanan2 yang berkuah dengan taoge2 besar yang mentah dengan daun mint nya. Serta bumbu khusus dari selain China,  yang tidak ada duanya.

Kedua, karena makanan China di Indonesia sudah cukup banyak, maka jia di luar negeri aku lebih memilih makanan Asia yang lain. Yang kami suka adalah Vietnam, walau kadang2 aku memilih makanan kari  Laos, Kamboja, India atau Malaysia.Dan restaurant Laos yang kami masuki adalah rekomendasi dari Lucy, yang juga mengantarkan kami dan ingin makan bersama kami juga.

Restauran2 disana cukup penuh. Karena memang jam makan. Sekitar jam 8.30 malam dengagn langit kelabu semu terang, dan gerimis tetap rintik2, kami berjalan (aku di dorong di kursi roda) menyusuri pedestrian.

Bangunan2 tua khas Paris pun sangat spesifik. Tidak ada kanopinya dan tampak depan sangat datar dan rata. Sehingga kami menyusuri pedestrian dengan tertatih2 bersama hujan rintik2. Kami pun menutup kepala kami masing2 dengan sapu tangan, atau syal atau jakit, supaya kami tidak pusing. Dan ketika kami masuk ke restaurant Vietnam yang kami incar, ternyata restaurant tersebut penuh. Sehingga kami harus keluar dulu karena ruangannya terlalu sempit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline