Sebelumnya :
“Love City” : Menuju Jakarta yang Dicintai dan Mau Melayani Warganya
Menjadi warga kota Jakarta itu tidak gampang. Apalagi menjadi pemimpi kota Jakarta dengan berjuta permasalahan yang menghadang hampir setiap saat.
Pemikiran2ku tentang Jakarta sudah dimulai sejak aku selalu mengikuti papaku sebagai pegawai pemda DKI Jakarta. Dan kecintaanku untuk Jakarta semakin membubung, justru ketika aku melihat ‘betapa malangnya Jakarta, sementara sebelum Pak Jokowi dan Pak Ahok, aku belum menemukan sosok untuk memimpin Jakarta kota kita tercinta ini.
Artikelku tentang “Love City”, adalah awal dari aku membukan tutup kran pemikiranku untuk Jakarta yang lebih baik. Artikel-artikelku ini akan menjadi sebuah kumpulan tentang bagaimana Jakarta mulai membangun diri sebagai kota yang dicintai dan mau melayani warganya...
Mulai dengan kegiatan Pak Ahok akan pembenahan bantaran sungai-sungai Jakarta serta pemindahan warga Jakarta yang tinggal di sana dan normalisasi sungai-sungai itu membuat aku terus berpikir apa yang bisa aku lakukan untuk kota kita. Akhirnya, aku memutuskan untuk sedikit menulis reportase kegiatan pembangunan Jakarta secara fisik, dalam pengalamanku sebagai arsitek dan urban planner.
***
Penanganan sungai-sungai Jakarta itu tidaklah ringan. Mungkin sebagian besar warga selalu marah-marah ketika pemda tidak kunjung membenahi sungai-sungai Jakarta supaya tidak banjir. Bukan hanya harus menggusur warga yang tinggal di bantaran sungai saja, atau pengerukan sungai yang tidak pernah dikeruk selama ini (dari referensi yang aku baca), atau tentang konsep dan desain dalam pengembangan sungai-sungai di Jakarta itu sebagai salah satu tempat ‘pembuangan’ limbah air hujan (termasuk danau lho) saja.
Tetapi kita harus juga memikirkan tentang penyerapannya. Tentang DAS (Daerah Aliran Sungai), tentang perawatannya, dan tentang bagaimana kita membangun hutan kota sebagai salah satu ‘syarat’ untuk Jakarta tidak banjir.
Seperti yang aku lihat di foto-foto tentang sungai-sungai Jakarta yang sudah sangat bagus dengan turap beton serta air hijau jernih, itu merupakan titik awal Jakarta ‘mungkin’ tidak banjir lagi...