By Christie Damayanti
Di kaki Eiffel Tower dengan hujan rintik yang berkepanjangan ……
Perjalanan taxi dari Notre Dame ke Eiffel Tower tidak terlalu lama, hanya beberapa blok, sepanjang sungai Seine. Hujan rintik tetap turun, walau langit kota Paris masih memunculkan sedikit warna biru nya. Masih cukup optimis,siang itu matahari akan berpendar cukup cerah .....
Pengemudi taxi yang membawa kami cukup ramah. Sedikit berbincang dengan bahasa Inggris nya yang lebih belepotan dari aku, dia bercerita tentang Paris. Seorang pemuda asal Vietnam yang sudah tinggal di Paris lebih dari 8 tahun.
Data risetku bertambah lagi. Ya, sudah ada banyak fakta, bahwa justru pemuda2 rantau atau wisatawan yang tinggal atau berkunjung di Paris lah, yang ramah kepada sesama. Baik dari warga Paris sendiri, ataupun sesama wisatawan atau orang asing yang ada di Paris.
Catatanku bertambah lagi, ketika kemarin kami berjalan menuju Eiffel Tower dan kehujanan di jalan (lihat tulisanku Hujan Deras, Kedinginan, Tidak Ada Taxi, Uang ‘Cash’ Menipis), kami sempat berteduh di deretan kios souvenir. Sambil berteduh, kami berbelanja souvenir, sesuai yang kami inginkan, termasuk membeli oleh2.
Entah apakah warga rantau yang tinggal di Paris, atau mereka hanya sekedar pegawai toko saja, mereka sangat ramah dan peduli denganku sebagai disabled person. Mereka banyak bercerita, walau kami hanya duduk berteduh, tanpa membeli di toko mereka. Dan ketika kami membeli pun (di toko sebelahnya), mereka memberikan diskon cukup banyak dengan beberapa bonus barang .....
Karena aku beberapa kesana, aku tahu kisaran harga barang2 souvenir. Apalagi di tempat2 khusus, tempat wisata akan berharga (sering kali, berbeda jauh ) lebih mahal dibandingkan di tempat2 seperti ini (yang diapit oleh bangunan2 kantor). Sehingga, ketika aku melihat harganya, aku cukup senang, apalagi dengan diskon dan bonus. Dan yang terpenting, mereka (penjaga toko atau yang punya?), adalah warga perantau. Biasanya dari India, China dan Vietnam.