By Christie Damayanti
www.barnorama.com
Romantisme kota Paris, hanyakah sebuah fatamorgana?
Sebenarnya, apa yang menjadikan sebuah kota layak disebut kota romantis? Atau sebuah negara, atau tempat apapun, yang benar2 layak sebagai tempat romantis? Dan sebenarnya, romantisme yang seperti apa, yang membuat kita terhenyak, lalu berbondong2 ke tempat itu, karena tempat itu ‘menjual’ sisi2 romantisme, demi suatu maksud dari ( tentunya ) sisi bisnis?
Mari kita lihat sedikit ‘riset hati’, tentang kota Paris …
Ya, aku menyebutkan demikian untuk salah satu risetku, yang selalu aku lakukan jika aku bertandang kemanapun, untuk haris yang optimal bagi artikel2ku. Karena, jika hanya sekedar pengamatan dan wawancara di suatu tempat, semuanya sudah ada di banyak buku atau internet. Tetapi tidak jika kita membuat riset yang berbeda, dan pasti akan menjadi sebuah point plus untuk artikel2 kita.
Paris sudah terkenal sejak dari dulu, sebagai kota tua Eropa yang romantic. Ketika aku belum pernah kesana, aku benar2 mendambakan melihat kota Paris. Sampai tahun 1991, papa mengajak keluarganya, dengan mama aku dan 2 orang adikku, berwisata ke 12 negara Eropa Timur, termasuk ke Paris.
Tetapi ternyata aku tidak menemukan sebuah kota romantis. Sejak itu pun aku sudah meriset ala aku, mengamati dan bertanya2 tentang kota Paris, dan aku melihat sebuah kota romantic yang lain, bukan yang digembar gemborkan di iklan, kota teromantis sedunia, untuk pasangan2 yang kasmaran …..
Setelah melihat sendiri, apa yang ada di Paris, beberapa kali aku kesana untuk memenuhi kewajibanku sebagai seorang pegawai untuk pekerjaan, aku pun tidak memandang kota Paris adalah ‘sesuatu’ bagiku.
Kultus kota Paris sebagai kota romantic, sebenarnya lebih untuk menjaring wisatawan demi sebuah bisnis wisata dunia. Tidak salah, sama sekali tidak salah. Sebenarnya, tidak usah dikatakan’ romantis’ segala, Paris sudah mengundang wisatawan koq. Dengan kota tua Eropa, merupakan titik utama untuk menjadikan Paris sebagai kota dunia yang ‘mengundang’ wisatawan.