Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

"Fasilitas Pinjaman 250 Juta ....." : Sebuah Fenomena Menyebalkan!

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1369977020264196425

By Christie Damayanti


[caption id="attachment_264669" align="aligncenter" width="533" caption="cookies.web.id"][/caption]

Sebenarnya, siapa sih yang usil selalu memberikan nama dan nomor telpon kita ke orang2 marketing suatu instansi tanpa ijin dari kita? Aku ingat pertama kali aku di telpon untuk bermacam produk, waktu itu produk promo dari sebuah club hotel di Bali untuk aku sekeluarga ( sekarang club ini sudah tutup ). Itu sekitar tahun 1996-an, dan sering sekali telpon2 seperti itu masuk ke aku. Dan terus  bertambah lagi sampai sekarang. Bukan tentang club keluarga saja, tetapi banyak sekali promo2, baik lewat SMS atau telpon langsung.

Dulu aku sering bertanya jika ada yang menelponku,

"Dari mana nomor telpon saya ada di mba / mas?"

Dan mereka selalu tidak mau menjawab, sampai aku sama sekali tidak peduli, masa bodo dan tidak mau mengangkat telpon jika tidak ada namanya. Dan aku selalu memberitahukan kepada teman2 baru, bahwa jika memang namanya belum ada di memori telponku, tolong di SMS dulu sebelum menelponnya, jika mau aku mengangkatnya .....

Apalagi ketika suatu ketika aku sedang serius melakukan sesuatu ( dan aku sedang menunggu kabar dari seorang teman lewat telpon kantor dan nomornya memang tidak atau belum ada di memori telponku ) dan ada yang menelpon, segera aku angkat telpon itu. Berharap cemas dengan jawaban temanku, tetapi ketika aku jawab,

"Hallo ....."

Yang menjawab perempuan dan memperkenalkan dari sebuah bank tempat aku menabung, semula aku pikir ada permasalahan apa dengan tabunganku, atau kartu kreditku. Karena memang ada beberapa telpon dari bank yang biasanya menanyakan atau konfirmasi tentang pemakaian kartu kreditku. Jadi aku berharap tidak ada masalah, dengan telpon itu. Setelah basa basi dan menanyakan data diri, dia menyatakan maksudnya untuk menawarkan pinjaman lewat kartu kredit, dengan bunga ringan! Dan memaksa lagi!

Aku memakai kartu kredit itu bukan untuk hutang, tetapi semata2 untuk kemudaan pembayaran dan untuk tiak membawa uang banyak2, apalagi jia ke luar negeri. Aku tidak pernah membeli barang dengan kartu kredit hanya semata2 untuk hutang, apalagi jika tawaran 'marketing' itu adakah untuk mengajukan pinjaman dengan bunga (  berapapun itu ) yang ringan! Buat apa? Jika aku tidak punya uang, ya tidak membeli apa2 dan tidak berhutang ......

Bayangkan! Ketika aku sedang serius dan tidak ingin 'becanda', ada sebuah 'bank' ( tanda kutip karena aku koq tidak yakin bahwa itu bank tempat aku menabung, dan pada kenyataanya setelah aku konfirmasi setelahnya di nomor resmi bank tersebut, memang bukan bank yang menelponku ), yang mengaku2 dan menawarkan pinjamannya! Dan setelah itu pun tidak ada basa basi lagi, ketika aku mengatakan,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline