Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Sebuah Catatan dari Kaum 'Disabled' .....

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13535718341443227615

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_225209" align="aligncenter" width="569" caption="acrovfa.com"][/caption]

Kompasianival 2012 ternyata bukan hanya meninggalkan semangat dan kesenangan semata, tetapi untukku Kompasianival merupakan perenungan yang dalam. Ketika Kompasianival 2011, kami semuanya seakan2 lebur dalam kegiatan murni silaturahmi, bercanda, ketawa ketiwi dan benar2 ajang narsis berat! Hihihi ..... Dan kita semuanya melebur dalam eforia yang berkepanjangan sampai berminggu2 .....

Tetapi pada Kompasianival 2012 kemarin, bukan hanya ajang silaturahmi dan ketawa ketiwi saja, melainkan dengan adanya konsep komunitas yang bukan hanya berada di naungan Kompasiana saja, tetapi komunitas2 lain di luar sama, membuat aku merenung. Banyak sekali komunitas2 yang luar biasa diluar sana, yang bukan hanya untuk kongkow2 saja, melainkan mereka peduli dengan sesuatu, salah satunya adalah IDCC ( Indonesia Disabled Care Community ), yang peduli dengan kamu disabled ( lihat tulisanku Kompasianival 2012 : Inspirasi dari Kaum Disabled, Mereka Memang Hebat! ).

Secara aku juga termasuk kaum disabled karena stroke hampir 3 tahun lalu, aku sungguh2 merasakan sebagai 'orang cacat', dimana kami memang belum tersentuh warga. Pun pemerintah juga belum terlalu peduli dengan kaum kami. Semisal, belum adanya fasilitas oenuh bagi kami kaum disabled, walau hanya untuk berkegiatan sehari2 ( seperti tempat khusus kursi roda di mana2, apa lagi di pedestrian ), apalagi kegiatan2 khusus bagi kaum disabled.

Sebagai arsitekpun, aku belum merasakan instansi2 swasta yang 100% berkeinginan untuk peduli dengan kami. Hanya beberapa mall yang sudah menyatakan 'ramah pada disabled', walaupun tidak 100%. Aku ssebagai arsitek sudah berkoar2 untuk peduli tetapi, memang tidak mudah. Secara fasilitas2 disabled itu memang mahal, dibandingka dengan fisalitas2 warga sehat biasa. Dan misalnya, membuat toilet disabled pun, memang sangat 'mahal' ( walau untuk sekelas perusahan properti tidak ada artinya ). Coba dibaca di tulisanku Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa: Sebuah Perenungan Diri.

Bukan hanya alasan mahal, tetapi 'buang tempat'. Misalnya, tentang ramp untuk kursi roda. Banyak alasanya mengapa tidak membuat ramp karena untuk membuat ramp sebenarnya tidak mahal. Tetapi ramp merupakan media untuk naik turunnya kursi roda, dengan kemiringan sekitar 5 derajad berarti ada tembahan tempat lebih banyak dibandingkan dengan tangga ...... Bisa dibaca di tulisanku Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?

Sosialisasi disabled sebenarnya sudah mulai dilakukan pemerintah bagi arsitek2 untuk membangun gedung, apapun fungsinya. Tetapi sangat disayangkan bahwa suara arsitek2 yang justru peduli dengan mereka, terkalahkan oleh arsitek2 yang tidak peduli yang ditunggangi oleh instansi2 yang sepertinya belum pernah tahu, bahwa kaum disabled untuk membawa tubuhnya saja sudah berat, apalagi untuk berkegiatan sama dengan warga yang sehat, ditambah lagi warga sehat melihat dengan sebelah mata kepada kaum kami, kaum disabled .....

IDCC justru digagas oleh kaum muda, yang peduli dengan kaum kami, kaum disabled. Tanggal 2 Desember 2012 besok adalah Hari Disebilitas Internasional, dimana IDCC membuat kegiatan di Bundaran Hotel Indonesia. Mereka ingin mensosialisasikan tentang keadaan kaum disabled, bahwa kami adalah warga biasa, yang mempunyai hak dan kewajiban normal. Kami tidak ingin dipandang luar biasa, walau dengan keadaan dan keterbatasan fisik kami. Kami tidak ingin di nomor satukan, tetapi kami ingin tidak dipandang rendah ......

IDCC mengajak kaum disabled untuk berada di Bunderan HI, bersaha melakukan berbagai kegiatan untuk kaum dan warga sehat dan normal tahu bahwa kami ada disekeliling mereka. IDCC mengajak kaum disabled bersama dengan kaum normal, melakukan aktifitas bersama2 tanpa ada rasa saling memandang rendah. IDCC menginginkan adanya kolaborasi antara kaum disabled dengan kaum normal untuk saling peduli, saling medukung dan saling mengasihi dalam Tuhan .....

Dalam proposal mereka dikatakan, bahwa salah satu kegiatan mereka adalah meminta warga normal untuk menjalankan kursi roda ( lumpuh ), memakai kruk ( kaki sebelah, misalnya ), mata mereka di tutup ( tuna netra ) juga telinga mereka ( tuna rungu ), supaya masing2 dari mereka merasakan bahwa tidak gampang masing2 dari kaum disabled untuk membawa tubuh mereka, apalagi di pandang rendah ......

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline