By Christie Damayanti
[caption id="attachment_160412" align="aligncenter" width="640" caption="Dokumentasi pribadi"][/caption]
Aku, Yu Djum tokoh fenomenalku dengan mama dan anak2ku.
Hari terakhir di Yogyakarta. Sebelum menuju ke Purwokerto, jam 7.00 pagi, kami makan pagi di Gudeg Yu Djum, sekalian membeli oleh2 Gudeg Yu Djum untuk pakde dan budeku di Purwokerto. 8 hari kami di Yogyakarta, 4 pagi hari kami makan Gudeg Yu Djum, ya ..... khusus aku, Gudeg Yu Djum merupakan favoriteku, makanan ter-enak dunia !!!
Seperti biasa, aku memilih Gudeg dengan lauk ati ampela dan gudegnya dilebihkan, karena justru gudeg itu yang aku suka. Dan seperti biasa juga, aku tetap memperhatikan detail rumah dan gudegnya, siapa tahu ada yang terlewat. Dan tiba2, seorang cucu dari Yu Djum bercerita bahwa neneknya, Yu Djum, ada di dalam sedang memotong2 daun untuk alas piring. Seketika itu juga aku ingin sekali bertemu dengan beliau, tokoh legendaris gudeg favoriteku .....
Setelah selesai makan pagi, aku bergegas ke dalam rumah untuk bertemu dengan Yu Djum. Duh, hatiku melonjak senang, ketika aku dipeluk Yu Djum. Dan bayanganku, Yu Djum seperti salah satu eyangku. Seorang ibu dari 4 orang anak, seorang eyang dari 12 orang cucu dan seorang eyang buyut dari 12 orang buyut. Dan semuanya bisa memasak gudeg.
Keakrabanku dengan Yu Djum ..... serasa seperti eyangku sendiri .....
Yu Djum ternyata masih kuat ingatannya. Kata beliau, umurnya sekitar 78 tahun ( beliau tidak tahu lahirnya tahun berapa ) tetapi sepertinya aku lihat beliau lebih tua dari umur yang dikatakannya kepadaku. Rambutnya sudah memutih semua, tubuhnya kurus, katanya habis sakit karena menurut anak2 nya beliau tidak boleh bekerja lagi, tetapi justru itu yang membuatnya sakit. Beliau memakai kacamata baca yang sedikit tebal, tetapi sungguh, ingatannya kuat sekali, sehingga aku bisa banyak bertanya tanpa memakai 'perterjemah' karena beliau juga bisa berbahasa Indonesia, secara aku tidak bisa berbahasa Jawa .....
Beliau mulai membuat dan menjual gudeg sejak berumur 17 tahun dan sudah menikah di rumahnya di Karangasem Mbarek Jl. Kaliurang Yogyakarta, rumahnya yang sekarang untuk memasak gudeg, juga inilah rumahnya yang selalu sebagai warung makan dan membeli gudeg Yu Djum. Dulu, rumah ini bukan untuk warung, tetapi gudegnya di jual di Plengkung. Dan dulu beliau berjalan kaki dari rumahnya ini sampai Plengkung, karena belum ada kendaraan. Bolak balik berjalan kaki dan gudegnya yang memang betul2 enak, membuat lambat laun Yu Djum terkenal dan mendapat pesan banyak. Sehingga dari Plengkung ( yang sampai sekarangpun masih ada ), Yu Djum membuat warung gudeg di Karangasem ini. Juga baru2 ini, Yu Djum membuka cabang di Jl. Solo, dan ke-3 outletnya di buat di dari Karangasem. Dan baru2 ini juga, beberapa cucunya memasak gudeg sendiri dengan memakai nama Yu Djum juga.