Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Wisata Membatik : Seni Tradisional HARUS menjadi 'Heritage' Indonesia

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_159676" align="aligncenter" width="640" caption="Dokumentasi pribadi"][/caption]

Batik hasil karyaku, dilukis memakai tangan kiri ......

Setelah Kebaktian Natal di GKJ Mergangsan ( lihat tulisanku  Natal 2011 : Kedatangan Yesus Untuk Mengatasi 'Krisis' Dunia ) dimana Eyang Probo dahulu merupakan Pendeta disana ( lihat tulisanku Sedikit Sisa Kenangan Tentang Eyang Probo ..... Aah, Aku Sangat Merindukannya ), keluarga besarku berkumpul di rumah keluara di Jl. Surokarsan, menikmati canda ria dan kangen2an serta masing2 memberikan ucapan Selamat Natal.

Diskusipun berlanjut, "Mau ngapin kita hari ini?" dan beberapa ide bermunculan. Seketika, seorang sepupuku yang memang tinggal di Yogyakarta, memberikan ide :'Membatik'. Hhmmmmmm, sangat menarik, ketika tanteku yang juga seorang arsitek, merupakan pembina bagi pembatik2 di beberapa desa di Imogiri, yang juga medirikan LSM tentang 'Heritage of Yogyakarta' termasuk kerajinan tradisional dan  bangunan tuanya.

Excited! Itu yang aku rasakan, ketika mobil kami sudah measuki sebuah desa di daerah Imogiri, sebuah desa yang masih 'perawan', hanya sebuah jalan kecil measuki desa ini. 'Sri Kuncoro' adalah tempat berkumpulnya ibu2 pembatik. Ketika kami memasuki bangunan itu, meruapan rumah kecil yang di bagian depannya 'disulap' untuk show room hasil karya ibu2 pembatik ini. Waahhhh ..... banyak sekali batik2 tulis yang cantik2 denan banyak motif, dari motif kas Yogyakarta samai motif modern. Semuanya batik tulis bagus2 dan cantik2, di desain dan dibuat satu persatu, 1 motif hanya ada 1 buah, sangat eksklusif. Desainnya cantik2 membuat aku sangat ingin mencoba membatik, walau aku hanya memakai 1 tangan saja .....

Pengrajin batik tulis 'Sri Kuncoro' di Imogiri Bantul.

Ah, ternyata bukan aku saja yang ingin mencoba membatik. Aku, kedua anakku, sepupuku, dan mamaku yang ingin mencoba membatik. Papaku saja yang hanya ingin mengamati dan membuat foto kami saja.

Pertama, yang akan mengajari kami membatik, ibu Ibtidiyah bersama beberapa rekannya, memberikan ruang untuk kami ber-5. Mula2 ibu Ibti menggunting kain mori putih masing2 1 m x 1 m untuk masing2 dari kami, dan beliau meminta kami untuk mendesain batik kami. Masing2 mulai mendesain dengan masing2 selera. Aku yang memang sangat suka dengan fauna, segera aku memilih melukis kupu2. Dengan sabar, aku melukis di kain mori, dimana kain ini sangat ringan sehingga aku kesulitan untuk melukisnya ( dengan menggunakan pinsil ), secara aku memakai tangan kiri dan tangan kananku sama sekali tidak bisa dipergunakan. Bolak balik aku berusaha untuk menggambarnya, dan ketika ibu Ibti membantuku unttuk melebarkan kain mori untuk dalam melukis, aku sangat berterima kasih. Sambil bercakap2 tentang batik, lukisan kupu2ku dipuji, secara ini hanya dengan tangan kiri .....

Aku, mamaku dan anak2ku melukis dengan pinsil di atas kain mori, sebelum membatik dengan canting dan lilin .....

Hasil lukisanku memakai tangan kiri, not bad kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline