By Christie Damayanti
Pagi itu, kami memulai 'avonturir' keluarga dari Jakarta ke Yogyakarta untuk berlibur. Kangan aku dengan Yogya, juga keluargaku, secara sejak sakit, otomatis aku tidak ke Yogya lebih dari 2 tahun, secara biasanya paling tidak Jakarta - Yogya 1 tahun sekali atau lebih ......
Kami mengendarai mobil, dan justru kami sangat excited jika mengendarai mobil dibanding naik pesawat. Mengapa? Ya, dengan mengendarai mobil, kami lebih bisa mencari2 makanan sepanjang perjalaan dan khusus aku, selalu memotret apa yang aku inginkan dan aku butuhkan untuk koleksi surveyku, dan sekarang untuk koleksi tulisanku di Kompasiana.
Aku lewat jalur Selatan, melewati jalan tol Cipularang menuju Bandung. Dan sesampainya di ujung tol Cileunyi, kami berhenti mampir untuk membeli beberapa makanan untuk snack di mobil, termasuk membeli tahu Sumedang. Tempatnya agak dipojokan. Terdapat beberapa penjual tahu dalam kios2 kecil. Masing2 kios tersebut sekitar 2 x 2 meter, dielilingi kaca. Di bagian depan merupakan kaca transparant untuk beberapa tulisan, ter,asuk tulisan "Tahu Sumedang". Dan di bagian samping, tidak ada kaca, untuk menempatkan penggorengan dan tahu2 yang sudah dan belum di goreng, secara tempat penggorengan tersebut besar dengan gas Elpiji dan wajannya pun besar. Cukup menarik.
Si penjual tahu .....
Aku mengamati si penjual tahu itu. 2 orang gadis muda melayani kami. Karena tahu2 yang sudah digoreng nya sudah sedikit dingin, kami meminta di goreng lagi, tahu2 yang baru ..... Kami duduk di depan kios itu sambil mengamati mereka, yang sibuk melayani kami. Aku memang hanya duduk di mobil di depan kios tersebut, sacara aku memang susah untuk berjalan, apalagi jika jalannya berbatu2.
Seorang gadis kecil, berumur sekitar 5 tahun, menatap kios itu tanpa berkedip. Kulihat, mungkin dia lapar. Jika aku sehat, mungkin aku akan mengajaknya berbincang seperti yang aku selalu lakuan untuk mendapatkan data. Tetapi karena aku tidak mungkin untuk mendekatinya, aku hanya mengamati gadus kecil tersebut .....
Gadis kecil itu mulai duduk tidak jauh dari kios tersebut, tetap mengamati tahu2 yang sudah digoreng. Aku tersenyum, aku ingin membrlikan gadis kecil itu beberapa potong tahu. Sebelum aku berteriak untuk memanggil si penjual tahu untuk memesan beberapa tahu lagi untuk si gadis kecil itu, tiba2 si penjual tahu itu sudah memberikan cukup banyak tahu2 yang sudah agak dingin, yang tidak kami ambil, kepada gadis kecil itu ..... dan wajah gadis kecil itu, sontak sumringah mendapatkan rejeki yang tidak disangka2 ......
Aku terpengarah. Dilihat dari pengamatanku, si penjual tahu mungkin hanya ini yang didapatnya untuk nafkah sehari2. Yah, mungkin aku terlalu naif. Dan si gadis kecil, kulihat hanya seorang anak jalanan, membawa 'eclek-eclek' untuk mengamen di jalanan. Aku tidak tahu ada hubungan apa antar keduanya, tetapi yang aku lihat bahwa ada rasa kasih antar sesama. Mereka tidak saling berbicara sebelum dan juga sesudahnya.
Pelajaran yang aku dapatkan hari ini adalah, bahwa masih ada orang yang saling peduli satu sama lain. Tanpa bicara, tanpa gembar gembor, mereka 'bertransaksi' saling berbagi, dan saling memberi. Aku tidak tahu, mereka beragama apa, tetapi itu tidaklah penting, karena menurutku, kasih Tuhan sangat nyata di tempat ini. Semangat Natal sudah turun ke bumi, kasih Tuhan sudah melingkupi tempat ini .....
Dan Kasih Tuhan selalu akan melingkupi semua tempat, dan jika kita bisa 'mengasah' hati kita, Kasih Tuhan ada dimana2 .....