Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Sedikit Sisa Kenangan Tentang Eyang Probo ..... Aah, Aku Sangat Merindukannya

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_155554" align="aligncenter" width="653" caption="Illustrasi dari Google"][/caption]

Papa dari papaku, atau eyang kakungku ( kakek ), sewaktu beliau masih hidup, adalah seseorang yang selalu memberikan semangat serta pelajaran2 untuk kami, cucu2nya. Jika eyang kakungku dari mama, meninggal ketika aku masih berumur sekitar 5 tahun, tahun 1974. Tetapi eyang kakung dari papa, meninggal  ketika aku sudah kuliah, sekitar tahun  1990-an dalam umur 80 tahun. Aku ingin sedikit cerita tentang beberapa hal yang sangat menyentuh hatiku, ketika beliau tidak bisa lagi hilir mudik Yogyakarta - Jakarta karena memang sudah lanjut usia dan beliau sempat tinggal di rumahku di Jakarta .....

Eyang Probo, begitu semua memanggilnya, adalah seorang Pendeta di Gereja Kristen Jawa ( GKJ ) Mergangsan, Yogyakarta. Namanya Probodiningrat, dengan gelar KRT, Kanjeng Raden Tumenggung, entah apa artinya. Beliau sangat aktif hilir mudik kemana saja. Tiba2 bisa muncul di rumahku subuh2 naik kereta api dan sering tidak member kabar, padahal beliau sudah tua .....

Sejak kecil, kami selalu menyambangi eyang2 kami. Jika Lebaran, kami ke rumah eyang2 dari mama di Purwokerto karena beliau Lebaran. Dan jika Natalan, kami menyambangi rumah eyang2 dari papa di Yogyakarta. Sewaktu aku dan adik2ku masih TK dan SD, eyang Probo selalu mengajarka kami main catur dan kartu remi. Kami senang sekali! Aku ingat, kami bergantian melawan catur eyang Probo, dan bebeapa tahun kemudia kami lebih 'pintar' dari eyang Probo ( tidak tahu, apakah memang kami leih pintar, atau bliau mengalah kepada kami ). Yang jelas, aku dan adik2ku senang sekali bermain catur dan selalu mengalahkan teman2 kami dengan strategi yang diajarkan eyang Probo kepada kami .....

Setelah SMA, eyang Probo tidak mengajarkan kami permainan, tetapi beliau selalu mengajarkan kami tentang hidup dan cintanya kepada Tuhan. Papaku memang bukan seorang Pendeta seperti eyang Probo, tetapi papaku mengikuti papanya untuk melakukan pekabaran Injil, dan papaku juga sering diminta untuk berkotbah di beberapa Gereja dimana2.

Ketika aku kuliah, dan eyang Probo sudah semakin lanjut umurnya, beliau sering berobat di Jakarta. Jika berobat, beliau bisa berbulan2 di rumah orang tuaku. Beliau benar2 sudah lemah secara fisik. Adik2ku tidak di Jakarta, mereka kuliah di Bandung, hanya aku yang di Jakarta. Jika aku sudah pulang kuliah, dan mendapatkan eyang Probo sedang duduk2 di taman atau di ruang keluarga, aku pasti menghampirinya. Aku pijat2 tangannya dan beliau selalu bercerita tentang kenangannya tentang masa lalunya. Ketika beliau masih kecil sampai beberapa saat sebelum sakit ......

Beliau pernah stroke dan ingatannya sebenarnya masih baik untuk memori2 lama. Tetapi untuk memori2 baru, beberapa bagian otaknya rusak karena stroke itu, sehingga setiap saat beliau selalu menanyakan,

"Yanti ( keluargaku memanggilku Yanti, bukan Christie ), eyang sudah cerita tentang masa kecil eyang? Eyang sudah cerita tentang jaman revolusi? Atau apakah eyang udah cerita tentang keturunan siapa kita?", begitu eyang Probo bertanay setiap saat .....

Dan aku hanya tersenyum, aku mengerti bahwa ungatan beliau sudah tidak bagus lagi, tetapi aku ingin member kebahagiaan di sisa2 hidupnya. Aku selalu katakana,

"Belum eyang ..... certain donk, aku mau dengar", selalu aku jawab seperti itu .....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline