Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

'e-Generation': Tetap Harus Bisa Melihat Kesempurnaan Tuhan dalam Penciptaan-Nya

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_150519" align="aligncenter" width="606" caption="dreamstime.com"][/caption]

Kita memang hidup di era globalisasi yang sarat dengan teknologi. Antara apapun dan siapapun harus siap dengan kehidupan yang bisa saling berhubungan. Saling terhubungan bisa menjadi semua saling berinteraksi yang kadang2 kita tidak menyadarinya bahwa beberapa orang 'jahat' bisa membat kita terpuruk. Era generasi membuat kita menjadi 'terbuka' sehingga tidak ada batasan lagi.

Lalu, apa yang disebut 'e-Generation?'. 'e-Generation' merupakan sebuah generasi yang sejak kecil sudah dikenalkan dengan teknologi ( biasanya orang tuanya memang juga mengenal teknologi ), sebuah generasi yang memanfaatkan teknologi untuk mempermudah hidupnya, dan sangat individalistis. 'Mindset' adalah : Teknologi itu untuk MASING2 DARI KITA / SAYA  ! Coba saja perhatikan, misalnya smartphone atau Blackberry atau laptop atau iPad, semuanya bertujuan untuk SAYA. Nomor telpon, nomor pin atau password hanya untuk kita. Ya, seorang Alvin Toevler ( sekitar tahun 1980-an, dimana baru ada nomor telpon kantor atau nomor telpon rumah saja), 'sukses' memprediksikan bahwa akan ada sebuah generasi yang masing2 dari kita akan mempunyai nomor dan password untuk langsung menghubunginya, bahkan dimasa yang lebih jauh lagi, masing2 dari kita mempunyai 'chips' untuk bisa 'dipindahkan' dengan orang lain tanpa bersentuhan .....

'e-Generation' terlihat individualistis tetapi kehebatannya adalah MULTITASKING. Ya, jangankan orang dewasa, anak2pun sudah 'mempelajari' semua yang berhubungan kehidupan yang multitasking, misalnya, dia bisa bermain game di pc nya atau sedang membuat pekerjaan rumahnya di pc, lalu kadang2 menjawab bbm nya sambil bermusik dari iPhonenya sambil melihat2 status teman2nya di Facebook ... atau yang lebih dewasa, seorang eksekutif muda, sedang bersepeda sambil bermusik dengan iPod nya dan berbicara dalam telpon untuk tugas kepada sekretarisnya. Atau seorang sekretaris sedang mengetik di pc nya sambil telpon dengan temannya dan mengupdate statusnya di bbm atau di Facebooknya .....

Sebenarnya 'e-Generation' tidak menjadi masalah sepanjang mereka tidak melupakan hal2 yang berhubungan dengan lingkungannya. Mulai sekitar yahun 2007-an, sudah banyak orang yang selalu berkutat hanya dengan smartphone atau Blackberry-nya, tanpa mengindahkan orang2 disekitarnya. Bahkan, sering kita melihat, orang tua begjalan2 dengan anaknya di sebuah mall , masing2 sibuk dengan bbm dengan teman2nya dan mereka 'melewati' masa2 terindah dalam hidupnya .....

Sedikit cerita keluargaku :

Kami sering berjalan2 1 keluarga, orang tuaku, aku dan ke-2 anakku. Dulu, anak2ku baru memdapat hadiah Blackberry dan mereka bisa berinteraksi dengan teman2nya dimanapun mereka berada. Tetapi tanpa disadarinya, meeka tidak peduli dengan aku dan orang tuaku, padahal kami jalan2 weekend adalah untuk saling berinteraksi karena pada hari biasa, kami sibuk dengan kehidupan masing2 : papaku dan aku bekerja dan anak2ku sekolah dengan seabrek kegiatannya.

Dulu, kami sedikit marah jika anak2ku selalu cuek karena berinteraksi dengan teman2nya. Perlahan aku bicara kepada mereka, dan aku bersyukur bahwa mereka bisa dan mau di nasehati, walaupun pertama kali mereka agak mrah ... malklum, mereka memang masih ingin tahu banyak tentang dunia teknologi .....

'e-Generation', mungkin sedikit nyerempet generasiku. Memang, generasiku hanya mendapat ½ dari kemajuan jaman. Tetapi, karena berinteraksi dengan anak2ku / kami, generasiku mungkin termasuk 'e-Generation'. Dengan keaktifan anak2 kita, mau tidak mau kita harus belajar teknologi supaya, paling tidak' kita tahu 'bahaya' dan untuk sedikit tempat bertanya. Jujur, aku termasuk 'gaptek' Aku tahu, tentang bahaya laten gadget dan dunia maya, walau tidak penuh mengetahuinya. Tetapi paling tidak, secara moral dan tata laku sebagai orang tua bisa lebih memahami untuk membatasi kehidupan anak2 kita dengan gadget dan dunia maya, seperti yang sudah banyak disinggung oleh bebeapa Kompasianer disini.

Dengan kita, sebagai 1 generasi atau ½ generasi dari 'e-Generation', kita harus bertanggung jawab dengan selalu berusaha untuk mengingatkan  tapa harus melarangnya. Karena, kita tidak akan bisa membatasi gerak mereta ! Mereka adalah anak2 generasi global, mereka dalam 'e-Generation' .....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline