Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Peduli Stroke: Hidup Berkualitas, Jangan Seperti Kami

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13096071791943036955

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_142874" align="aligncenter" width="573" caption="strokesymtomsformen.org"][/caption]

Tidak putus2nya aku ingin terus mengatakan bahwa stroke adalah salah satu pembunuh terbesar di dunia. Bahwa stroke tidak hanya menyerang usia tua tetapi justru sekarang menyerang usia muda dan produktif, dengan lifestyle dan kegiatan yang tidak hentinya sepanjang hari ditambah dengan memakan makanan2 yang nikmat dan sedap tetapi tidak memperdulikan kandungannya, membuat seranga stroke sering melanda eksekutif2 muda di usia emas.

Kasus stroke meningkat di Indonesia, yang termasuk kehidupan megapolitan dunia. Banyak negara2 maju mengalami kegemukan bagi warganya karena lifestyle dan makanan. Di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru dan data tersebut menunjukkn bahwa setiap 45 menit ada 1 orang terserang stroke. ( Medicastroke.com ).

Kami dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) Himpunan Peduli Stroke, sangat berharap bahwa bisa 'diterima' oleh kita semua sebagai bagian hidup dan penyakit. Secara kita adalah orang2 yang tidak bisa berkelit dengan keadaan seperti sekarang. Bahwa kehidupan dan lifestyle sekarang memang tidak bisa di hindari, walau tetap harus dihindari. Belum banyak masyarakat yang mengetahui 'apa yang disebut stroke' itu. Beberapa tulisanku tentang stroke dapat di lihat di ....... Kini, Stroke Pun Menyerang Usia Muda , Bagaimana ‘Membaca’ Gejala Stroke ? , Apa Sih Dampak dari Stroke Itu ? , Bahaya Stroke Bisa Diantisipasi , Harapan Untuk Sembuh Bagi Penderita Stroke .

Kecenderungan di dunia termasuk di Indonesia, stroke menyerang generasi muda yang masih produktif, sehingga dampaknya adalah menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Penderita stroke ( pasca stoke ) identik dengan lifestyle dan tingkat stres akibat 'workoholic' dan pola makan kaya lemak-rendah serat atau kolesterol. Lifestyle yang merokok, meminum alkohol, kurang tidur akibat 'dugem', bekerja dari pagi hingga pagi lagi dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan keluarga lebih baik serta sering memakan tidak teratur tetapi memakan makanan yang tidak sehat, merupakan tempat 'bercokol'nya bibit2 stroke, walau tidak menutup kemungkinan, gen / turunan keluarga menjadi momok juga. Tetapi  ternyata, walau gen memang tidak bisa dihindari, kita bisa menjaga kebugaran tubuh dan selalu menjaga kualitas hidup kita.

Dipekirakan ada jutaan penduduk Indonesia mengalami stroke ringan dan berat, tetai ini hanya yang 'terdaftar' karena berobat di rumah2 sakit. Sangat mungkin bahwa lebih banyak penduduk yang tidak tahu bahwa ini adalah serangan stroke atau penduduk yang tidak mampu berobat. Dari jumlah tersebut, beberapa prosen bisa pulih kembali dan beberapa proses pulih sebagian walau bisa bekerja kembali dengan keterbatasan. Selebihnya mengalami gangguan fusional ringan sampai berat yang kadang2 mengharuskan penderita hanya di tempat tidur .....

Sekilas stroke, adalah sebuah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak ( infrak selebral ). Juga dikatakan bahwa stroke merupakan 'defisit' susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak. Yang jelas, stroke selalu berhubungan dengan otak dan pembuluh darah otak.

Faktor resiko stroke memang merupakan ancaman yang lain, bahwa seperti yang sudah aku sebutkan, gen2 keturunan seperti hipertensi, diabetes atau hiperlipidemia, atau juga suku bangsa ( negro / spanyol )  dan kurang olah raga, bisa memperparah keadaan, walau tetap bisa dihindari dengan menjaga kualitas hidup. Itu memang tidak bisa dihindari. Tetapi dengan lifestyle dan tingkat stres yang tinggi,  adalah titik pemicu serangan stroke.

Dengan rendahnya pengetahuan tentang stroke karena ketidaktahuan serta ketidakpedulian tentang bahaya serangan stroke, mengakibatkan 'kecacatan' yang kami ( termasuk aku ) alami akibat stroke, bukan hanya menjadi beban keluarga tetapi juga menjadi beban masyarakat secara umum. Tetapi kehidupan 'pasca stroke' bukan merupakan kehidupan yang tanpa masa depan. Kehidupan pasca stroke justru merupakan kehidupan baru untuk bisa berbuat lebih untuk kami. Kehidupan pasca stroke bukan untuk bersedih dan depresi, tetapi justru untuk membuktikan bahwa kami semua juga dan masih merupakan warga Indonesia bahwa dunia, dan tetap bisa berbuat yang terbaik bagi diri sendiri dan keluarga .....

Stroke memang merupakan 'the silent killer' dunia. Jika kita merupakan bagian dari kehidupan pasca stroke, tidak ada salahnya kita memperingati bahaya stroke bagi semua orang, terlebih bagi keluarga. Jangan ada yang menjadi seperti kami, warga pasca stroke. Mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati. Selagi serangan stroke masih bisa dicegah, mengapa kita tida mencoba?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline