Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

'Green Living' : Hidup Bersahabat dengan Bumi

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13096071791943036955

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_114835" align="aligncenter" width="676" caption="arifs.student.umm"][/caption]

Perilaku manusia yang tidak bersahabat dengan alam menyebabkan bumi kita tidak lagi 'hijau'. Bumi mengalami pemanasan global akibat fenomena alam, seperti efek rumah kaca ( green house effect ). Konferensi PBB tentang pemanasan global di Bali tahun 2007 yang lalu, menyadarkan kita tentang bahaya efek rumah kaca. Gerakan ramah lingkungan mulai digalakan ( eco-friendly ).  Warga masyarakat di ajak untuk mencintai lingkungan kita, toh ini untuk kita sendiri dan generasi setelah kita. Kita harus berusaha hidup untuk 'menghijaukan' bumi kita ini, dengan istilah 'green living'.

Mungkin kita tidak harus menanam pohon sendiri. Mungkin kita tidak membuang sampah ke TPA sendiri, teteapi kita bisa berbuat yang terbaik untuk kehidupan keluarga kita dan lingkungan kita yang terdekat.

Misalnya, untuk lokasi hunian kita. Jika hunian kita dekat dengan kantor, apa salahnya kita tidak membawa mobil kita. Sekarang banyak perumahan yang terintegrasi dengan bisnis, misalnya Kelapa Gading atau Bumi Serpong Damai. Walau tetap 1 eraa, memang banyak orang berpikir 'jauh' dan tetap memakai mobil. Juga banyak orang melihat bukan hanya mobilnya saja, tetapi 'prestise' dari mobil itu .

Sebenarnya, dengan tidak memakai mobil, tidak bisa menjada lingkungan kita. Paling tidak, asap mobil tidak ada. Juga bensin yang terbuang percuma. Kita bisa berjalan kaki atau naik sepeda. Bukan hanya 'hidup hijau' tetapi juga untuk berolah raga.

Hal serupa bisa kita lakukan dengan peralatan rumah kita, misal AC. Berhemaat enegi bisa dengan membeli AC yang efisien. Sebelum menghidupkan AC, sebaiknya pastikan pintu dan jendela tertutup rapat sehingga angin dingin yg keluar dari AC tidak sia-sia. Jika perlu, gunakan dempul sebagai pelapis agar tidak terjadi kebocoran. Begitu juga dengan adanya korden, bisa membantu untuk berhemat energy. Jika AC dihidupkan, dan korden tertutup, menjadikan udara dingin mengalir dengan cepat disbanding korden terbuka.

Tidak ada salahnya, rumah kita tetap dilengkapi dengan kipas angin, walau mempunyai AC. Jika tidak tidak perlu2 amat tentang udar dingin, setidaknya kipas angin bisa membantu untuk mengalirkan udara untuk supaya tidak panas. Saat AC tidak digunakan, pastikan jendela dan korden terbuka untuk pergantian udara. Dan memanfaatkan pencahayaan alami, sekaligus akan mengurangi pemakaian lampu kita untuk berhemat energy.

Langkah selanjutanya adalah dengan tidak melakukan kegiatan 'penghasil panas' di siang hari. Seperti mencuci, memasak, memanggang atau aktifitas dengan peralatan yang mengeluarkan panas. Sebaiknya, kegiatan ini dilakukan pagi hari atau sore hari setelah suhu udara lebih dingin. Mencuci baju dengan mesin cuci hanya saat muatan sudah banyak. Karena berapapun jumlah cucian, tetap diperlukan sejumlah enegi yang sama untuk mengoperasikan mesin cuci.

'Bersahabat' dengan sampah

Setiap aktifitas manusia akan menghasilkan buangan atau sampah. Dengan demikian, volume sampah akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk., Maka, sudah sepatutnyalah jika setiap warga ikut andil dalam penanganan masalah sampah, termasuk sampah / limbah rumah tangga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline