By Christie Damayanti
Sejak aku merasa Tuhan memberikan aku 'kesempatan kedua' ( lihat tulisanku Kesempatan Kedua : Tuhan 'Menghidupkan' Aku Lagi ), aku menjadi lebih terbuka untuk melihat banyak rencana Tuhan ada pada kita, semua manusia untuk saling melayani. Dulu sebelum aku sakit, mungkin aku tidak melihatnya, bahwa kita adalah menjadi bagian dari dunia untuk saling melayani.
Saling melayani itu bukan hari dengan materi dan pengetahuan saja ( lihat tulisanku Berapa banyak 'roti' yang ada padamu ( ku ) untuk Dibagikan ? ), tetapi kita juga bisa melayani sesama dengan selalu terenyum dan membuka diri.
Tetapi, apabila kita sudah tidak berpengharapan lagi dalam hidupnya, apakah yg terjadi pada kita? 'Tidak berpengharapan lagi' itu bisa bermacam2, misalnya, mereka yang hanya mengejar kesenangan duniawi, atau mereka yang sudah merasa tidak dibutuhkan lagi atau sakit berat dan secara medis hidupnya tidak lama lagi.
Aku tidak akan membicarakan orang2 yg 'merasa' tidak berpengharapan lagi karena mengejar kesenangan duniawi, tetapi aku ingin berkesaksian bahwa hidup kita - orang2 yg merasa tidak berpengharapan lagi karena sakit - ditentukan Tuhan. Walau secara medis, dokter sudah 'meramalkan' segera meninggal, tetapi kita tetap berpegang teguh bahwa Tuhanlah yg akan menentukan hidup matinya kita.
Stephen William Hawking, lahir di Oxfort Inggris 8 Januari 1942, , adalah seorang ahli fisika teoretis. Ia adalah seorang professor dalam bidang matematika dari Universitas Cambridge. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika quantum, terutama karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, grafitasi quantum dan radiasi Hawking. Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang termasyhur di dunia.
Stephen Hawking menderita penyakit motor neuron, disebut 'amyotrophic lateral sclerosis ( ALS ), panyakit langka, salah satu menyerang saraf yg ada di otaknya, sehingga bermacam2 masalah menjadi 'tamu' di tubuh dan kehidupannya. Tubuhnya kecil, bungkuk, tulang punggungnya bengkok dan sebagainya. Penyakit ini menyerang waktu dia berumur 21 tahun dan waktu itu, secara medis dotek angkat tangan dan 'meramalkan' hidupnya tidak lebih panjang dari 1 tahun. Tetapi, lihatlah ..... dia menjadi salah satu professor terkenal di dunia dengan teori2nya dibidang matematika.
Lihatlah ..... Tuhan yang merencakan hidup kita. Walau dokter2 sudah 'meramalkan' bahwa umur kita tinggal sebentar lagi, TETAPI JANGAN PERNAH KITA MENYERAH .....
Ini adalah contoh 'bombastis' untuk ku, walau tetap bisa terjadi karena Tuhan yang mau itu terjadi. Lalu, bagaimana supaya kita jatuh kepada 'tidak berpengharapan?' atau dengan kata lain, 'bagaimana supaya kita TIDAK jatuh kepada keputuasaan?'