Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Gara-gara Kurir Pengantar Tagihan Kartu Kredit, Aku Dimaki Bank Nasional

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mei-azzarah.com

By Christie Damayanti

[caption id="" align="aligncenter" width="605" caption="mei-azzarah.com"][/caption]

Memang sangat menyebalkan dengan orang2 yang tidak mempunyai etika dalam hidup bermasyarakat. Jika kita hidup dengan baik dan bekerja dengan sebaik2nya untuk Tuhan dan masyarakat, semuanya akan sesuai dengan yang diharapkan.

Aku ingat ketika aku menikah dulu, akhir tahun 1994. Waktu itu orang tua kami mengundang sekitar 2000 orang tamu. Sekitar 1 bulan sebelumnya undangan susah disebarkan. Ada yang dikirim per-pos, catatan kilat, atau menitipkan teman atau keluarga dan ada yang dikirim melalui jasa kurir. Tetap dari 2000 undangan yang tersebar, tanda terima yang masuk sekitar 1500-an. Sisanya, alamat tidak ada atau sudah pindah dan sudah meninggal, karena networking orang tua memang cukup besar.

Undangan hampir 100% datang, semua saudara dari pelosok Indonesia datang bahkan teman2 orang tua dari jaman sekolah pun ikut mengucapkan selamat. Tetapi ketika beberapa teman tidak ada, padahal kami sangat mengharapkannya, ternyata mereka menjawab bahwa,

"Tidak ada undangan, tidak terima", ketika kami tanyakan.

Usut punya usut, kami datangi jasa kurir itu dan membawa tanda terima yang ada di kami. Serta bertemu dengan orang2 yang mengantarnya. Ternyata, kurir itu mengakui bahwa mereka tidak mwngantar ke alamat rumah2 yang jauh ( Dejabotabek )! Mereka malas karena jauh dan macet, dan mereka menandatangani tanda terima dengan asal2an! Dan undangannya mereka buang! Astaga!

Itu pengalaman ku pertama dengan jasa kurir tahun 1994.

Yang kedua, ketika aku menjadi nasabah kartu kredit disebuah bank basional besar, pertama aku mampunyai kartu kredit sendiri, tahun 1995. Bangga, tentu. Bank itu cukup baik layanannya, sampai beberapa tahun, dan mulai bermasalah tentang pengiriman tagihannya.

Pertama kali tanpa tagihan di sekitar tahun ke-4 sebagai pemegang kartu kredit, aku masih bingung, bagaimana cara tahu mengapa tidak ada tagihan. Telpon juga susah. Sehingga tagihan terlambat membayar, beberapa kali, setelah bank itu menelponku.

Aku masih baru di dunia dalam kenyataannya. Masih hijau. Tetapi ketika bank tersebut marah karena tagihan sering terlambat dan bank itu selalu menelponku, aku balik marah! Karena bukan aku tidak mau bayar tagihan, tetapi TIDAK ADA TAGIHAN! Sehingga, aku memberanikan diri untuk mendatangi bank tersebut dengan surat protes tentang masalah ini ( karena susah sekali berbicara kepada layanan publik di telpon )! Aku menulis surat protes kepada manajer mereka!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline