By Christie Damayanti
Hatiku agak resah! Aku sudah minta untuk segera kembali ke Central Station, tempat aku memulai wisata ini. Tinggal 2 menit lagi! Dan aku tahu, mereka sangat tepat dengan waktu! Aduhhh ....
Petugas bus wisata pun agak panik. Memang, mereka sudah menelpon petugas yang jaga di Central Station, tetapi itupun tidak membuat cemasku dan mereka menjadi hilang. Dan supir bus itu sedikit ngebut, dan terlihat tegang.
Sangat tegang, karena jika kami ditinggal bus ke Zaanse Schands dan Volendam, tiket kami hangus, secara itu adalah kesalahan ada pada kami, tidak hati2 untuk me-manage waktu. Dan aku akan kehilangan 112,5 Euro .....
Ooooo …… tidakkkkk .....
Semakin dipikirin karena waktu tinggal semenit lagi, semakin ada aja halangan! Lampu merah yang lama sekali, sedikit macet menjelang Central Station, duh ......
Akhirnya, bus kami berhenti tepat dibelakang bus merah ( juga ) yang akan membawa kami ke Zaanse Schans dan ke Volendam. Untung, rupanya ada seorang turis yang harus ditunggu, entah karena apa. Sehingga, kami pun bisa sampai ke tempat itu, tepat sekitar 4 menit terlambat! Hmmmm .....
Terima kasih, Tuhan .....
*** Perjualanan ke luar kota Amsterdam, mulai sudah. Hari pertama sampai hari ini ( hari kedua ) kami masih berputar2 di dalam kota. Dan ini adalah yang pertama juga buat anak2ku, sehingga mereka sangat excited! Bus wisata untuk keluar kota ini sangat nyaman. Memang, aku cukup berat mendaki tangga ( 4 anak tangga ) yang sempit, karena sepertinya belum ada yang mendesain list kecil atau 'engkol' khusus untuk penyandang kursi roda sepertiku. Tetapi, ada cara juga bagi disabled kursi roda, yang benar2 tidak bisa berjalan, dengan ditandu khusus.
Kami memilih tempat pertengahan karena mempunyai meja. Dan duduknya berhadapan, sehingga aku berdekatan dengan Michelle dan Dennis sendirian dengan barang2 bawaan kami. Bisa mengobrol dan bisa membidik ke arah luar karena kaca nya pun benar2 dan terang serta jernih. Menyenangkan!
Pedesaan dari Amsterdam menuju ke Zaanse Schans …..
Coba perhatikan :
Ketinggian atap dan kemiringan atap, sama dengan ketinggian dan kemiringan atap desain orang2 Belanda di wilayah Menteng atau tempat2 lainnya. Sebenarnya, sangat disayangkan jika bangunan2 seperti ini yang ada di Jakarta,dirobohkan, karena sangat mengandung nilai2 sejarah …..
Jarak dari Amsterdam ke Schans aku tidak tahu, tetapi kira2 30 menit dengan kondisi jalan lancar, selancar2nya. Kami tambah excited! Beberapa windmills terlihat dari bus wisata kami. Tetapi, sayang sekali ….. mendung berat mengelantung di atas kami, dan gerimis cukup deras terus menitik separuh dari perjalanaan kami dari Amsterdam kesini ……
Tetapi, ‘life must go on’, kan? Walau hujan, apalagi hanya sekedar gerimis, kami harus turun dan berwisata ke area desa Zaanse Schans.
***
Gerimis semakin berat. Aku didorong Michelle dan Dennis sudah berlari di depanku, ‘menyelamatkan’ kameranya yang besar,untuk mencari tempat berteduh. Teman2 seperjalanan kami entah kemana. Masing2 sibuk dengan urusannya sendiri. Ada yang memang harus berteduh dan tidak ingin mengikuti tour guide kami. Ada yang tetap mengikuti tour guide, dengan membelipyung atau ustru terus berhujan2.
Mendung dan hujan yang semakin deras, bergayut cukup tebal, sehingga tidak mungkin aku memakai kursi roda ‘menyerbu’ windmills .....
Biasanya, teman2 sesama turis yang muda2, yang tertap ‘menyerbu’ windmill. Kami? Yang jelas, aku harus berteduh. Aku tidak mau sakit dan aku tidak mau stress dengan kepalaku yang kebasahan. Anak2ku juga hanya mau menemaniku. Jadila kami bertiga berteduh di salah satu bangunan cukup besar, berjualan souvenir …..
Souvenir2 cantik …..
Hujan terus bertambah deras. Bukan hanya gerimis saja. Anginnya pun semakin keras dan udara juga semakin dingin. Kami kecewa. Tidak bias ‘menyerbu’ ke kincir2 angin itu. Ada 7 atau 8 kincir angin, dengan masing2 desain dan warna. Pastilah dengan masing2 nama nya yang cantik.
[caption id="attachment_352977" align="aligncenter" width="467" caption="www.wallpaper.brothersoft.com"]
[/caption]
Windmills di Zaanse Schans, Holland
Huhuhu ….. kekecewaan kami semakin mmelanda. Dennis sudah siap dengan bidikan dengan kameranya. Begitu juga aku. Bukan hanya bidikan kamera pocket ku saja, tetapi lebih kepada pengamatanku, sebagai arsitek. Windmill atau kincir angin. Dan karena hujan, terpaksa kami benar2 menelan kekecewaan berat yang terus melanda …..
Berusaha untuk men-selimur kekecewaan kami, akhirnya kami berputar2 hanya di dalam bangunan itu, yang menjual ratusan souvenir cantik. Aku memang suka sekali barang2 kecil dan cantik sebagai souvenir, yang cukup murah ( untuk hitungan ‘souvenir’ lho ). Sehingga, kampun hanya berkeliling untuk …… mencari souvenir untuk sendiri dan untuk oleh2.
Biasanya, kami memang selalu membeli souvenir, tetapi hanya sekedarnya saja karena untuk kami, mendingan kami berwisata dan berfoto2 ria, ketimbang ‘membeli’. Sebuah gantungan kunci saja, mungin dihargai antara 3 Euro sampai 6 atau 7 Euro. Sepertinya itu yang termurah, tetapi pasti tidak itu saja sebagau souvenir. Jadi, kita harus menahan2 diri untuk tidak boros berbelanja …..
Kartu post ( post card ) adalah tujuan utamaku membeli souvenir. Secara dari sejak SD aku mendapatkan kartu pos dari orang tuaku jika sedang bertugas ke luar negeri. Disimpan, dan itu menjadi awal keinginanku untuk mengumpulkan ratu pos. Sejak itu, aku selalu membeli kartu pos untuk oleh2 diri sendiri. Sekarang ini, aku sudah mempunyai kartu pos lebih dari 12.000 lembar, dan akan aku adakan pameran khusus kartu pos, jika Tuhan berkenan, tahun depan …..
Lihat tulisanku Kartu ‘Pos Koleksi’ku : Alat Komunikasi Dekoratif yang Cantik
Hujan belum berhenti juga,ketika waktu terus berjalan. Sampai saatnya, sekitar 1 jam ini, kami harus segera kembali ke bus kami, untuk meneruskan perjalanan kami menuju Volendam. Dan kekecewaan kami berlanjut, seiring dengan ayunan kincir angin berbalut suara merdu ……
“OOOOO ….. kincir anginku,kappa aku bias kembali lagi kesini,sebelum kami melanjutkan perjalanan kami keliling Eropa????”
Itulah doaku yang pada akhirnya, Tuhan menjawabnya …… Ikuti terus artikel2 ini bahwa jawaban Tuhan selalu tepat …..
Dan perjalanan kami ke Volendam terus berlanjut, di tengah hujan deras mengguyur …..
#Edisi kecewa …..
Sebelumnya :
‘Molen De Gooyer’ : Musim Panas yang Hangat di Café Brouwerij …..
Keliling Amsterdam dengan Bus Wisata ‘Hop-On dan Hop-Off’
Beberapa Paket Tour ( Termasuk Untuk Disabled ) yang Pastinya Sangat Menyenangkan!
Menu Makan Pagi Favorite di Molly Malones - Oudejizdskolk Straat
The FEBO ‘De Lekkerste’ : Kedai Burger Otomatis di Holland
‘Perburuan’ itu Dimulai : Dunia Filateli Amsterdam …..
[Bidikan Amatir] Burung-Burung di Amsterdam itu Terbang Rendah …..
Mahasiswa ‘Cool’ Menjemput Masa Depan di Universiteit van Amsterdam
Piala Dunia … Ooo … Piala Dunia : Jejak Sampah di Amsterdam
Rumah-Rumah Amsterdam yang Cantik dan Spesifik
Museum Amsterdam : Mungil tetapi Tetap Bersahaja …..
‘The Begijnhof’ : Perempuan2 itu Hanya Ingin Berkarya Dalam Diam …..
‘The Parrot’ : Gereja yang Tersembunyi di Kalverstraat
‘Kalverstraat’ : Shopping Area dengan Pedestrian yang nyaman
‘Canal Cruise’ : Menikah di Kanal Amsterdam? Siapa Takut!
‘Canal Cruise’ : Secercah Harapan dari Kanal Amsterdam
Makan Siang Pertama di Amsterdam : Masakan China dan Suriname
Dunia Prostitusi ‘De Wallen’ Amsterdam, yang Sebenarnya …..
Ketika Kekecewaan Berganti dengan Semangat dan 'Excited!'
'Coffee Morning' : Ketika Kebahagiaan Mengawali Semuanya
‘Basiliek van der H. Nikolaas’ : Gereja Katolik Tertua di Amsterdam Abad – 18
Oudejizdskolk Straat, Basiliek van de H.Nikolaas, Café Molly Malones di Amsterdam
Menuju Amsterdam … Aku dalam Keterbatasan? Sudah Lupa, Tuh!
Perjalanan ke Negeri yang Jauh Sudah Mulai dan Mimpiku Semakin Nyata …..
Horeeeeeee ….. Libur Besar Telah Tiba!
KetikaAku Membawa Anak-Anakku Keliling Eropa, dengan Separuh Tubuh Lumpuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H