Lihat ke Halaman Asli

Christian Sentosa

Pelajar sekolah

Gadis dalam mimpi

Diperbarui: 21 November 2024   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari aku dan kelas 9E melakukan study tour ke Bandung. Di sana bis ku paling akhir datang sehingga ketinggalan dengan teman teman yang lain yang sudah di hotel. Saat itu siang hari hujan sedang lebatnya, tiba-tiba ada seorang gadis cantik berkacamata yang memberiku payung . Aku berterimakasih kepadanya karena memberikan payungnya , kami pun meneduh di pohon dekat hotel yang angkatan kelas ku tempati. Kami berbincang bincang bahkan tertawa bersama. Kami punya banyak kesamaan hingga Aku bertanya kepadanya siapakah dia, dia menjawab bahwa dia bernama Audrey dan dia adalah anak pemilik hotel tersebut. Merasa terkejut ,aku pun merasa tidak enak karena menyusahkan dirinya, namun dia dengan rendah hati menawarkan ku untuk tumpangan menuju hotel .Audrey:"eh , kamu mau ngga aku anterin ke hotel mu ? "

CHRISTIAN:"oh, iya makasih ya, malah jadi merepotkan"

Audrey:"loh, ngga papa kalo kamu mau, apalgi ini kan hujan mendingan aku anterin. Omong omong kamu lucu ya"

CHRISTIAN:"hehehe, makasih" 

Aku pun hanya bisa menuruti kemauannya sesampainya di hotel tepat pada jam 15:00 sore aku diantar oleh service boy disana menuju kamar ku dan teman-teman ku yang lain . Aku ingin bertemu dengannya untuk terakhir kali . 

Yang terbesit dipikiranku hanyalah dirinya, senyuman manisnya, kerendahan hatinya, tata Kramanya. Aku langsung bergegas kembali ke lobby hotel.  Aku berlari mengejarnya yang berangkat bersama ayahnya entah kemana. Aku hanya bisa melihat bayangan mobil yang semakin jauh dan mulai menghilang. Disitulah aku tahu bahwa aku tahu bahwa aku mencintainya tulus dari hati dan bukan sekedar menyukai dari paras. Karena setelah itu aku kembali dengan penuh kesedihan , aku bahkan menangis .

 Aku bertanya pada pegawai di hotel sana dimanakah rumahnya,apa hal favoritnya . Namun yang kudapat adalah kata tidak tahu, aku terpaku dan hanya bisa menyadari bahwa tidak akan bertemu dia lagi. Karena tepat setelah itu aku merasakan air mata mengalir di pipiku dan aku terbangun dengan air mata yang mengalir. Hingga aku pun menuangkan cerita ku ke cerpen ini. Aku berharap dengan cerpen ini aku bisa mengabadikan hal yang aku sayangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline