Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Pribadi Anti-Mainstream

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hai pembaca budiman dimanapun anda berada ! Melalui rubrik ini saya akan membagikan pengalaman saya mengenai bagaimana menjadi pribadi yang mempunyai prinsip dalam menghadapi dinamika kehidupan. Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Tuhan atas pencerahan dari-Nya, juga kepada kakak-kakak Forum Diskusi Ilmiah Mahasiswa (FODIM) Atma Jaya yang telah membagikan nilai- nilai yang sangat berharga ini. Selamat membaca !

Pernahkah anda merasa bahwa anda hanyalah seorang pengikut, misalnya ikut-ikutan teman jalan-jalan, merasa takut untuk tampil berbeda atau mencolok, enggan melakukan sesuatu yang dianggap kurang keren oleh teman-teman anda, dan daftarnya terus bertambah... Pokoknya segala sesuatu yang dianggap tidak lazim atau tidak sesuai dengan selera masyarakat. Jujur, saya sendiri adalah orang yang seperti itu. Saya kerap main aman dan sekedar memilih apa yang banyak dipilih orang lain. Namun, saya mulai menyadari bahwa jika saya terus melakukan itu, tidak akan ada sesuatu yang signifikan yang akan saya wariskan pada dunia, pada masyarakat di sekitar saya karena ide-ide cemerlang yang ada di dalam pikiran saya, terlalu takut untuk saya wujudkan. Nah ini namanya saya penakut. Takut dijauhi teman, takut dianggap tidak solid atau setiakawan, takut menyakiti perasaan teman walau hal itu baik dilakukan, sehingga saya cenderung mengikuti secara buta kemauan teman-teman saya. Ini bukanlah kebiasaan yang baik karena bisa dibilang saya tidak punya pendirian. Apakah anda pernah merasakan hal tersebut ? Nah marilah kita merubah kebiasaan asal ikut-ikutan tersebut.

Pertama mari kita kenal istilah-istilah berikut :

1.Konformitas, menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, artinya adalah suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

2.Groupthink, yaitu suatu pola pikir yang cenderung mementingkan kohesivitas kelompok dan solidaritas daripada mempertimbangkan fakta-fakta secara realistis.

3.Retorika, menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, artinya adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen.

Nah ketiga hal ini dapat membuat kita menjadi pribadi yang ikut-ikutan seperti yang saya sebutkan tadi. Saya akan memberikan beberapa contoh mengenai ketiganya :

1.Contoh konformitas : Andi adalah seorang pelajar SMP kelas 8. Suatu ketika ia harus pindah sekolah karena ayahnya pindah kerja. Andi pun juga pindah sekolahnya. Di sekolah yang baru, ia berusaha masuk kedalam salah satu geng. Karena itu ia harus menyesuaikan diri agar bisa diterima ke dalam salah satu geng di sana. Beruntung jika Andi masuk ke dalam geng pergaulan yang positif, namun geng pergaulan yang ada seringkali membawa pengaruh negatif seperti hedonisme, suka tawuran, dan lain sebagainya.

2.Contoh groupthink : Dalam rapat OSIS SMA Adil Makmur, ketua OSIS berpendapat bahwa kegiatan bakti sosial lebih baik diadakan hari Jumat, karena merasa solid, anggota pengurus OSIS yang lain pun langsung setuju-setuju saja, padahal masih banyak alternatif lain, misalnya bakti sosialnya dilaksanakan hari Sabtu.

3.Contoh retorika : Pak Prawo adalah seorang calon anggota DPR, ketika pemilu legislatif, ia pun berpidato di depan petani-petani untuk mengambil simpati mereka. Dalam pidatonya ia mengatakan bahwa ketidaksejahteraan petani disebabkan oleh kinerja anggota DPR terdahulu. Lalu ia berjanji bahwa ia dapat mengatasi masalah tersebut. Terdapat masalah disini, karena petani-petani tersebut bisa saja termakan omongan Pak Prawo, tanpa berpikir panjang. Apakah dia berpengalaman dalam menyejahterakan petani ?  Apakah dia mempunyai rekam jejak yang bebas dari korupsi ? Atau apakah dia hanya mengobral janji tanpa kepastian untuk memenuhinya ?

Lalu bagaimana cara menjadi pribadi yang berpendirian teguh dan tidak ikut-ikutan ?
Ini langkah-langkahnya :
1.Peka dalam menghadapi permasalahan, memilah-milah mana yang harus diprioritaskan lebih tinggi, waspada terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline