Lihat ke Halaman Asli

Membudayakan (belajar) IT di Komunitas Guru

Diperbarui: 23 Juli 2016   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seruu nih kalau harus bercerita tentang serba-serbi munculnya penerapan IT di dunia pendidikan..

Bukan ingin cerita sejarah munculnya, tapi efek yang ditimbulkan dari penerapan IT bagi sejumlah guru dan perkembangan dunia pendidikan saat ini..

Hmm.. menarik untuk kita telusuri.. :-)

Ya, penerapan IT sejak tahun 2000-an sudah mulai digalakkan. Pelajaran komputer atau TIK sudah mulai dikenalkan di beberapa sekolah. Meski di beberapa sekolah baru sekedar penerapan pada tugas-tugas, tetapi IT sudah mulai masuk. Bagi siswa yang tidak memiliki perangkat PC maka terpaksa harus datang ke rental komputer untuk mengetik atau print. Bersyukur kalau rental juga menyediakan akses internet seperti di warnet.

Ada kejadian menarik, ketika siswa sudah mengumpulkan semua tugas kepada guru. Beberapa hari setelahnya, tugas hampir semua dikembalikan oleh guru dengan kondisi penuh coretan. Maklum, siswa masih belajar mengetik jadi banyak spasi dan kata yang kurang tepat sehingga mengurangi penilaian. Sepulang sekolah, seorang siswa bertanya kepada guru tersebut perihal kesalahan-kesalahan tadi, dengan maksud ia ingin lebih jelas mendapatkan solusinya. Setelah beberapa menit berdiskusi, guru itu memberikan penjelasan singkat, “Maaf ya nak, bapak belum bisa mengetik di komputer dan coretan tadi itu yang bantu koreksi guru komputer. Silakan diskusi dengan beliau untuk lebih jelasnya.”

Masih banyak kah guru yang butuh support belajar IT di Indonesia?

Nah, tentu masih banyak guru di Indonesia yang masih perlu banyak di support agar mampu menerapkan IT. Hanya saja, dalam keseharian yang mampu melihat kekurangan itu adalah pimpinan sekolah atau rekan guru sejawat. Kejadian seperti kisah di atas sepertinya sudah sangat langka untuk terulang kembali.

Jutaan guru yang tersebar di Indonesia, mungkin baru sekitar 20-30% yang tersentuh untuk menerapkan IT dalam keseharian mengajarnya. Dari jumlah tersebut, yang masih terus mau belajar tentu sangat sedikit sekali. Lihat saja di E-Training Guru Melek IT yang diselenggarakan oleh Komunitas Guru Melek IT yang dimotori oleh Bapak Sukani. Mungkin hanya sekitar 800-an orang yang sudah selesai mengikuti diklat online selama beberapa tahun terlaksana.

Dalam beberapa diskusi, mengemuka beberapa permasalahan yang dialami oleh guru-guru dalam penerapan IT. Diantaranya adalah ketiadaan perangkat, ketiadaan koneksi internet, padatnya jam mengajar di sekolah, belum tersedianya waktu belajar IT, dan usia menjelang pensiun. Untuk masalah yang terakhir ini memang agak sulit dipecahkan, selain mencoba memaklumi.

Ada solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut agar guru mampu maksimal menjalankan peranannya?

Insyaa Allah, banyak solusi. Banyak jalan menuju Roma. Ya, banyak jalan untuk dapat menempuh cita-cita kebaikan. Permasalahan seperti tidak ada perangkat, tidak ada koneksi, jam mengajar padat, tidak ada waktu belajar, sebenarnya sudah masuk dalam teknis dan sangat mungkin untuk diberikan solusi. Ada permasalahan yang memang agak sulit untuk diselesaikan karena butuh waktu dan penting dipastikan berjalan smooth dalam penyelesaiannya. Hal itu adalah kesulitan para guru menerima penerapan IT sebagai “budaya baru” dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline