Lihat ke Halaman Asli

Christian NathanaelGirsang

Siswa SMA Kanisius

Meniti Harmoni dalam Keberagaman

Diperbarui: 21 November 2024   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan." -- Desmond Tutu

Suara azan Magrib menggema di Pesantren Nur el Falah, mengalun merdu di antara pohon-pohon rindang yang menghiasi kawasan pesantren. Saat itu, rombongan siswa Kolese Kanisius baru saja tiba, membawa semangat baru untuk mengenal lebih dalam tentang Islam dan kehidupan pesantren. Ekskursi lintas agama ini, yang diadakan setiap tahun, menjadi simbol nyata bahwa harmoni dalam keberagaman dapat dirajut dengan dialog dan pengalaman langsung.

Pengalaman Berharga yang Tak Tergantikan

Ekskursi ini bukan sekadar kunjungan formal. Siswa-siswa diajak untuk tinggal di pesantren selama tiga hari penuh, mengikuti berbagai aktivitas yang biasa dilakukan oleh santri. Dari bangun subuh, mengikuti kajian kitab kuning, hingga berbincang hangat dengan para ustaz, mereka merasakan langsung ritme kehidupan pesantren.

Seorang siswa, Gabriel, berbagi pengalamannya, "Awalnya, saya merasa canggung. Tapi ketika saya melihat bagaimana santri menyambut kami dengan senyuman tulus, saya merasa seperti di rumah. Kami belajar bukan hanya tentang agama mereka, tetapi juga tentang semangat persaudaraan."

Kesan serupa juga dirasakan oleh pihak pesantren. Ustaz Yusuf, salah satu pengajar di Nur el Falah, menyebutkan, "Kami melihat semangat anak-anak Kanisius untuk belajar dan memahami. Ini adalah dialog dalam bentuk yang paling indah: berbagi kehidupan."

Argumentasi: Mengapa Pentingnya Ekskursi Lintas Agama?

Di tengah polarisasi yang sering kali mencuat di masyarakat, ekskursi lintas agama menjadi cara efektif untuk meluruhkan prasangka. Dengan saling mengenal, ketakutan yang muncul dari ketidaktahuan dapat dihapuskan.

Menurut data dari Indonesian Survey Institute (2022), 45% masyarakat Indonesia masih memiliki stereotip negatif terhadap kelompok agama lain. Angka ini menunjukkan bahwa inisiatif seperti ekskursi Kanisius sangat relevan. Melalui pengalaman langsung, siswa tidak hanya memahami teori keberagaman, tetapi juga praktik nyata hidup berdampingan dalam perbedaan.

Selain itu, ekskursi ini menanamkan nilai-nilai penting, seperti toleransi, rasa ingin tahu, dan empati. Nilai-nilai ini menjadi bekal penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.

Pesantren Nur el Falah: Oase Kedamaian

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline