[caption id="attachment_418985" align="aligncenter" width="560" caption="ilustrasi/wikipedia.org/wiki/Berkas:AinuGroup.JPG"][/caption]
Jujur saja sebelum saya membaca buku-buku tentang kehidupan di Jepang, saya selalu mengira Jepang itu sebuah negara homogeneous. Negara yang hanya memiliki orang yang berciri-ciri Jepang (hanya satu jenis dalam budaya, etnis, dan bahasa) dan beberapa turis-turis dari berbagai negara. Tetapi kenyataan yang ada di lapangan ialah mereka mempunyai kelompok minoritas yang bisa dibilang jumlahnya lumayan banyak. Dengan kata lain, negara Jepang bukan negara homogeneous tetapi terdiri dari berbagai suku, etnis, bahasa, budaya yang berbeda dari Tokyo atau Osaka. Di artikel kali ini, saya ingin membagikan sedikit tentang beberapa kelompok itu.
1. Ainu
Suku Ainu memiliki bahasa dan kultur yang berbeda dari mainstream orang Jepang. Mereka dijajah oleh orang Jepang (abad ke-19): tanah mereka diambil secara paksa, dilarang meneruskan tradisi Ainu ke anak mereka, dan dipaksa untuk bergabung dan menyerap budaya dominan Jepang. Sekarang mereka sudah menjadi bagian dari Jepang. Suku Ainu berasal dari pulau yang sekarang dikenal dengan nama Hokkaido. Suku Ainu adalah suku asli pulau Hokkaido, tetapi setelah dijajah oleh Jepang, mereka diperlakukan sebagai ras rendahan. Pemerintahan Jepang sempat menolak keberadaan minoritas suku Ainu, tetapi pada tahun 2008 (sebelum pertemuan G8), Jepang akhirnya mengakui Ainu sebagai suku asli pulau Hokkaido.
Dulunya, orang-orang Ainu mempunyai fisik yang berbeda dari kebanyakan orang Jepang. Salah satu cirinya ialah lebih banyak rambut dan lebih tinggi. Tetapi setelah lebih dari satu abad bercampur dan menikah dengan orang Jepang, mereka sekarang enggak beda-beda banget dengan orang Jepang. Sekarang, kebanyakan suku Ainu sudah bercampur dengan masyarakat Jepang dalam bahasa dan kultur. Salah satu alasannya ialah murid-murid Ainu dan Okinawan dilarang memakai bahasa mereka (yang sangat berbeda dengan bahasa Jepang), mereka dipaksa memakai 'standard bahasa Jepang'.
2. Okinawans
Orang dari pulau Okinawa juga mempunyai budaya mereka sendiri (Okinawan Shinto, bahasa, dan tradisi). Dulunya pulau Okinawa dinamakan kerajaan Ryukyu pada abad ke-15. Tetapi, mereka diserang pada era Edo dan pada tahun 1879, pemerintahan Meiji menambahkannya ke Jepang. Setelahnya, mereka menerima perlakuan tidak adil dibawah pemerintahan Jepang. Pada akhir perang dunia II, banyak dari mereka tewas melawan pasukan Amerika Serikat. Dan karena kekalahan negara Jepang, pulau Okinawa berada dibawah Amerika Serikat sampai akhirnya dikembalikan pada tahun 1972. (baca dari kesaksian penyintas)
Sama dengan orang Ainu, Okinawa mempunyai budaya dan bahasa yang berbeda dengan orang Jepang. Tetapi mereka diharuskan mempelajari bahasa Jepang di sekolah-sekolah Okinawa. Setelah berusaha mendapatkan pengakuan bahwa mereka mempunyai bahasa dan budaya yang berbeda dari Jepang, akhirnya pada tahun 2009 UNESCO mengakui bahasa Ryukyuan/Okinawa. Sebelumnya, bahasa mereka dianggap sebagai dialek Jepang bukan sebuah bahasa.
3. Burakumin
Burakumin adalah orang Jepang asli yang di diskriminasi karena mereka diyakini berasal dari keturunan orang terbuang (pada masa regime Tokugawa). Alasan mereka di diskriminasi dan dibedain dari orang Jepang pada umumnya ialah karena mereka menyembelih binatang selama masa pemerintahan Tokugawa. Dimana pasa masa itu, menyembelih hewan merupakan perbuatan tidak suci menurut kepercayaan agama Buddha. Tentunya, pada tahun 1871, sistem feudal sudah dibubarkan dan tidak ada lagi yang namanya kelas buangan. Tetapi, sampai sekarang masih aja mereka di diskriminasi.