Lihat ke Halaman Asli

Tempat “Kencan” Menjelang Pintu Tol Bekasi Timur

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13655716721630234879

[caption id="attachment_237237" align="alignnone" width="506" caption="jalan pintas. Foto:dok.pribadi"][/caption]

Sebagai pengguna jalan yang setiap pagi melintasi ruas tol Cikampek, lalu keluar di pintu tol Bekasi Timur, terus terang saya mengakui , lebih sering melakukan pelanggaran. Yakni melewati bahu jalan. Mengapa demikian? Jawaban klasiknya, ..terpaksa! Bayangkan saja, hampir setiap pagi (terutama hari senin) seluruh jalurnya telah penuh oleh kendaraan yang menuju arah Jakarta.

Kalau saya “ngotot” untuk disiplin/taat aturan, maka akan lebih membahayakan. Sebab, bertahan tetap berada di jalur “resmi”nya, akan sangat sulit untuk bisa keluar pintu tol timur. Selain berisik klakson mereka yang merasa dipotong jalan, saya pun masih harus berjibaku dengan kendaraan lain yang berada di bahu jalan juga namun ternyata hendak berpindah ke jalur kanan, menuju arah Jakarta, 99% mereka ngotot ingin “menang”. Jadi, yang dari kanan ingin ke kiri, sedangkan yang dari kiri ingin ke kanan. Belum tentu disengaja memang, kemungkinan besar karena telah “terjebak” pada pilihan jalurnya. Karena itu, jauh sebelumnya, kira-kira setelah melewati Grand Wisata, saya memilih jalur “aman”,..bahu jalan! Dengan catatan, tetap berhati-hati dan mengintip dahulu ada tidaknya mobil patroli, kalau tidak, bisa berabe nanti.

Dimaklumi kan? Mudah-mudahan. Bagi Anda yang telah terbiasa dengan kondisi di ruas-ruas seperti ini sepertinya mau mengerti. Mempersiapkan jalur yang kita pilih sebelum keluar pintu tol, alangkah baiknya dilakukan sejak awal, apalagi dalam situasi lalu lintas yang padat. Dan khusus bahu jalan menjelang pintu tol Bekasi Timur yang sering saya lewati, bahkan mungkin ada lokasi dengan tipe-tipe sejenis ini, kembali ingin saya sampaikan saran untuk lebih berhati-hati. Sebab ada “karakteristik” yang meskipun sementara ini bisa dimaklumi, namun patut untuk lebih diwaspadai. Lokasi ini sekian lama tampak “strategis” dan hampir setiap pagi digunakan sebagai tempat “kencan”. Maksudnya tak harus kencan muda mudi (kekasih) yang berjanji untuk ketemuan. Tapi di situ banyak dijadikan sebagai tempat bus dan mobil pribadi menurunkan penumpang, demikian juga tempat janjian antar teman untuk bersama-sama menuju arah Jakarta.

[caption id="attachment_237238" align="alignnone" width="433" caption="setia. Foto:dok.pribadi"]

13655717391661330808

[/caption]

Membesar-besarkan kesalahan mereka? Bukan! Bukan itu maksud saya. Lha wong saya sendiri juga melanggar aturan, kok! Melewati bahu jalan itu kan jelas-jelas pelanggaran. Untuk mereka, teman-teman yang terpaksa melakukan “kencan” di situ pun, saya masih memiliki logika-logika permakluman. Kenapa bus-bus (luar kota) itu menurunkan penumpang di sana? Mungkin, karena dari tempat berangkat awalnya, sulit mendapatkan bus yang menuju kota Bekasi. Kenapa banyak mobil pribadi yang menurunkan temannya di sana? Oh, bisa jadi karena mereka tinggal dalam lokasi yang tidak berjauhan. Si pemilik mobil bekerja di Jakarta dan yang “nebeng” bekerja di Bekasi. Di bagian jembatan tol tempat mereka berhenti itu, ada jalan “pintas” hasil “kreatifitas” penggunanya selama ini. Tinggal sedikit “mendaki” maka sampailah ke jalan Joyomartono Bekasi. Termasuk pula pertimbangan dijadikannya lokasi itu sebagai tempat menunggu rekan, lalu bersama-sama menuju Jakarta.

[caption id="attachment_237239" align="alignnone" width="698" caption="Biar mereka selesai dulu. Foto:dok.pribadi"]

13655717791302753642

[/caption]

Maka itu, bagi yang belum terbiasa melewati ruas ini, berhati-hatilah saat “terpaksa” menggunakan bahu jalan. Jaga jarak dan kecepatan. Banyak kemungkinan, bus/mobil pribadi didepan anda tiba-tiba berhenti lalu menurunkan penumpang. Demikian juga harus ditebak kemungkinan pergerakan, dari bahu jalan mereka langsung tancap gas mengambil jalur ke kanan. Dan yang paling harus bersabar adalah ketika kita sudah terpaksa melewati bahu jalan pun, ternyata tetap kesulitan untuk keluar pintu tol karena ruasnya sudah di”makan” habis kendaraan yang hendak ke arah Jakarta. Saat seperti inilah kita baru berharap ada polisi/PJR datang (curang..ya). Kalau nggak, cobalah tenang, di sisi paling kiri masih ada bagian tanah dan rerumputan, dengan catatan lagi, tak ada truk yang sedang “mangkal”. Tapi, jika ternyata di pintu tolnya yang sudah mampet juga? Ya, sudah, nikmati saja, kadang-kadang banyak kok yang “bening-bening” memilih turun dan berjalan kaki. Lumayan, lah, pemandangan.

“ Macet ya, Mbak?”

“ Ah, Nggak, Om,..pengin olah raga saja,kok..” (udah tau, pake nanya.., ramah banget).

Hehe, yang terakhir itu dialog rekaan saja,.. beneran. Salam sabar.

.

.

C.S.

Solusi klasik adalah

Berangkat lebih pagi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline