Lihat ke Halaman Asli

[Gombal] Percayalah Pada Gombalku Ini

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13549520411451511654

[GOMBAL] Percayalah Pada Gombalku Ini

Chris Suryo

(53)

.

[caption id="attachment_213457" align="aligncenter" width="540" caption="ilustrasi:google/www.hopeintoday.com"][/caption]

Duhai sayang, Dewiku. Poetry yang selalu melekat pada dinding hati, meretas tiap relung Tyas ini layaknya Prasasti. Tahukah kamu betapa sulit ku mengurai jemari . Menuliskan kata, seperti apa perjalanan yang kita tempuh sejauh ini. Percayalah, luruhkan sandarmu, rasakan tiap degupku.

Tak perlu kau hitung, berapa depa kerikil-kerikil itu mendera. Maakan saja saat sang surya seringkali pancarkan panas kejamnya. Bukankah daun dan bungailalang itu tetap bermandikan selimut mentari? Kibas dan tarian lembutnya, menyatu dengan sang bayu, desirkan nyanyian-nyanyian kemesraan. Pohon-pohon kita pun hanya meranggas tuk sementara, pada masanya nanti kan bersemi, keping-keping hijaunya kan rindang kembali.

Biarkan tapak tanganku yang mengeras. Dalam kelupasnya mencoba mengusap coretan embun yang sempat menggelayut di matamu. Tahukah kamu, hatiku pedih saat tangismu sekejap saja pecah. Ngilunya bagai tusukan duri-duri bungamawar yang kupetik untukmu. Tersenyumlah, ingin kulihat selalu bening berseri matamu. Teduhnya laksana telaga, menyejukkan hati, sama seperti saat kubaca syair-syair Arimbi, yang dituliskannya dari kedalaman hati.

Memang, akupun tak mengerti, kemanakah langkah kita hendak tiba. Telah berkali-kali jumlah. Persimpangan yang memaksa untuk tebarkan resah. Ketika memilih pada sisi manakah coin yang hendak kita putuskan, untuk melanjutkan perjalanan. Pada setiap waktu jua, langit di atas kita, selalu setia dengan berbagai bias warnanya. Terkadang dia terlihat samudra biru namun tak segan berubah menjadi hitam kelam. Sesekali putih menawan, berpadu dengan lapis-lapis awan seperti kapas peraduan. Simpan saja sebuah tanya mengapa, saat langit hanya bersedia tampakkan halus punggungnya. Entahlah, apa yang ia sembunyikan pada permukaan dibaliknya. Kuyakin, sebuah keindahan tiada tara yang tersimpan.

Apa? Desahmu bertanya tentang cinta? Sayang, kita akan sepenuhnya mengerti, saat benar-benar usai perjalanan ini. Yakinlah, percayalah, aku terutama ingin, kita kan selalu bersama.

.

.

C.S.

Maafkan aku

Tak bisa menggombalimu

Satu persatu

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Event Gombalsianival

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline