Lihat ke Halaman Asli

Saat Mereka Bercumbu Mesra

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Duhai dewi, aku yakin engkau mengerti.Hadirmu bukan sekedar sulih lelahku menyinari bumi. Deraimu, anginmu, juga tetes-tetes beningmu, adalah pesona tiada tara. Batari Hujan, tiadakah hadir hasrat dirimu, seperti yang kurasa kini? Aku ingin memelukmu, membusai tubuhmu dan mengecup tiap lekuk dinginmu yang sejuk..”

“ Sang Surya, tak perlu kutuang dalam kata. Cahyamu selalu kudamba. Padamu aku terpesona. Betapa gairah ini sering bergetar membuncah dalam nanar. Debaran-debaran itu tak henti tertumpah. Saat gelegar gemuruh itu kutembangkan, bersama sekejap sinaranmu yang sekian lama selalu kusimpan. Tapi,..oh, pujaanku,.. lihatlah,..ungkapan asmaramu semakin membuatku menangis pilu dalam rindu.Semakin deras air mataku. Bentang langit berawan lembut ini, bagai ranjang terhampar untuk kita bercumbu. Namun, haruskah kita terlena diri dalam hasrat itu? Pesonaku ‘kan mengering dan layu, lalu mungkin cahyamu menjadi padam, tenggelam dalam dekapan dingin tubuhku...”

“ Dewi Hujan...”

“ Sang surya..”

“ Salahkah kita meski sekejap saja berkasih mesra...?”

“ Aku tak tahu,..adakah mungkin bumi akan kering dan gelap gulita....?”

“ Dewi,..langit yang terhampar ini telah tersaji...”

“ Aku pun tak sanggup lagi. Rengkuh aku,..mari kita satukan rindu dendam ini....”

Ketika Sang Surya dan Dewi Hujan berkehendak diri. Saling menumpahkan gairah asmara. Merekapun bermesra, bercinta dalam peluh nirwana. Menghela sanggama. Beralas ranjang langit, berselimutkan awan kelembutan. Hingga hasrat itu pun tuntas tercurahkan. Dewi hujan bersandar manja di dada Sang Surya. Bertukar belai dalam tiap helai harumnya. Usap dan kecupan dalam kehangatan berselimut sejuk.

“ Dewi...”

“ Ya, Surya..”

“ Hasrat kita tlah temukan saatnya...”

“ Hm,..indahnya, semoga bumi merasakannya..”

Sang Surya dan Dewi Hujan pun bertatap sendu dalam senyuman. Ada masanya gelegak itu ‘kan terulang. Bias berpadunya kisah mereka, tergurat dalam warna-warna berseri. Dan bumi pun dalam terpana menikmati. Gurat pesona yang hadir, bersama letihnya hujan dalam gerimis dan lelahnya Surya dalam cahaya lirih. Bersepakat menamakan keindahan itu sebagai lengkung “pelangi”..

***

C.S.

Sekarang pun..

Ada roti pelangi....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline