Lihat ke Halaman Asli

Mensyukuri Libido yang Tinggi

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya masih sering senyum-senyum sendiri kalau mengingat “lugu”nya salah satu teman yang sekarang ini belum pernah bertemu lagi. Sebut saja namanya Pak Gun, usianya jauh di atasku, orangnya gagah tinggi besar, berbulu dan berotot, tapi tidak sangar. Penampilan khas yang mudah untuk mengingatnya adalah cincin dengan batu akik berwarna hitam yang begitu besar di jarinya, hampir sebesar telur ayam kampung. Bahkan ketika dia berkunjung ke ruang kerja saya, meski sosoknya belum terlihat mudah sekali ditebak kalau dia yang datang, karena batu akiknya sudah nongol duluan. Seperti juga kalau dia beranjak, batu cincinnya terkesan “ketinggalan”.

Yang saya bilang “lugu” itu karena dia sering tanpa tedeng aling-aling ketika bercerita tentang apa yang dialaminya, meskipun mungkin bagi sebagian besar orang akan merasa gengsi, malu atau menganggap tabu kalau berterus terang mengungkapkannya. Karena yang diungkapnya adalah tentang perilaku seks yang dilakukannya, yang mungkin juga bisa juga dilakukan oleh orang lain meskipun mati-matian menutupinya. Entahlah, mungkin juga Pak Gun tak selalu begitu, bisa jadi dia “nekat” berceloteh karena yakin lawan bicaranya tak menjadikan itu sebuah masalah besar.

Pada sebuah kesempatan, saat waktu senggang, Pak Gun menceritakan peristiwa yang tampak sangat “berkesan” baginya, karena dia begitu menggebu-gebu saat itu. Yang dia bagi adalah tentang sosok seorang wanita, jelas bukan istrinya, saya agak lupa siapa dia, mungkin tetangga atau temannya. Intinya, Pak Gun begitu terkesima saat wanita itu, yang katanya begitu cantik, hanya mengenakan kemben (kain yang membungkus sebatas dada) pada sebuah acara.

“ Buseeet, bener-bener mulus, seksi banget, bikin dagdigdug, “itu”ku langsung tegang...uffs..”, kira-kira begitu gaya ceritanya. Saya nyengir, dalam hati membatin”, Masa sih, segitunya...?”

“ Wuiih, Pak Gun langsung pengin pulang dong..”, timpal saya.

“ Nggak, istriku lagi pulang kampung..., padahal wah, terbayang-bayang terus..”

“ Wakakak...., pegel dong..!”

“ Hehe,..ya gitu deh, akhirnya terpaksa sering ke kamar mandi..”

“ Wuidiiih..., xixixi..”

Apa yang dialami Pak Gun itu bisa jadi dialami pula oleh banyak laki-laki, entah kalau wanita, sepertinya agak berbeda. Ini terkait dengan apa yang mungkin disebut sebagai libido. Lelaki normal cenderung memiliki naluri seks atau libido yang tinggi. Sebagian besar mudah terangsang ketika menikmati impulse yang dialaminya, ada yang secara standar sama namun adapula yang secara spesifik bisa berbeda-beda. Pak Gun mengalami ketegangan mungkin karena wanita itu memang “wah”/idaman berdasarkan orientasi (seks) yang ada di kepalanya. Kita pun yang laki-laki (normal) ada kemungkinan mengalami hal yang sama, tak peduli impulse yang diterimanya berupa ketelanjangan ataupun yang tertutup rapat sekalipun. Impulse yang mengena pada orientasi itu bisa bermacam-macam. Jangankan wanita berkemben, gesekan kulit, mata redup, jemari lentik, bahkan aroma tubuh pun bisa membuat lelaki terbangun libidonya.

Bagaikan api, jika diibaratkan libido lelaki itu sebenarnya seperti nyala spiritus yang mudah tersulut namun juga gampang sekali habisnya. Tidak seperti wanita, yang dapat dianalogikan sebagai harimau tidur. Kalau wanita sudah bangkit libidonya, akan sulit untuk dipadamkan sebelum tuntas..(iya nggak bu, mbak?).

Libido lelaki yang tinggi ini sebuah petaka? Tentu saja tidak, itu tetaplah hal yang patut disyukuri, asalkan cekatan dalam mengendalikan diri. Banyak cara agar libido yang mudah muncul meskipun tidak pada tempatnya itu datang. Yaitu, secara substansi yang harus dipecahkan adalah konsentrasinya. Tundukkan dorongan-dorongan seksual itu dengan hal-hal lain di kepala. Misalnya, pikirkan tugas yang belum selesai, motor yang harus segera ganti olie, burung yang harus diberi makan, ritual ibadah, atau apalah, hal lain yang mampu meniup nyala “spiritus” di otak kita. Memang sih, jika dorongan itu begitu kuat, mudah dihilangkan, langkah seperti yang dilakukan Pak Gun tadi bisa dimaklumi, asalkan tidak “menyesali”nya. Onani tidak ber-efek negatif jika pelakunya tidak terganggu psikisnya dengan “rasa bersalah” terhadap apa yang telah dilakukannya..(iya kan, dok?).

Laki-laki yang tidak bersyukur dengan libidonya yang tinggi ini acapkali bisa berbuat salah dalam menyikapi. Perkosaan, perzinahan, “jajan”, ataupun ingin memiliki banyak istri tapi miskin orientasi bisa terjadi karena lemahnya pengendalian diri ini. Karena ya itu tadi, libido lelaki itu memang tinggi, tapi letupannya hanya seperti api spiritus, mudah menyala lalu padam, menyala padam lagi, selalu begitu, bahkan sampai tua sekalipun. Dan jika harus selalu dituruti, jangankan dua wanita, tiga empat atau limapun tetap akan kurang.

Boleh setuju atau tidak, lelaki normal memang memiliki libido tinggi. Maka itu jika Anda sulit “terbangun”, sebaiknya memeriksakan diri. Namun waspada juga jika libido itu terlalu tinggi, sulit dikendalikan dengan cara wajar, ini yang sering disebut “hiper”, jelas para ahli yang bisa menanganinya.

Adalagi resep yang mungkin bisa dicoba, bagi yang merasa libidonya sangat mudah terbangun meskipun tidak dalam kategori hiper dan sering kesulitan untuk tidak ke kamar mandi, cobalah sering-sering mengantongi sehelai bulu ayam. Ketika rangsangan itu tiba, kilik-kiliklah lubang telinga Anda, mudah-mudahan nyala spiritus itu lenyap segera.

Salam aman terkendali.

.

.

C.S.

Rajin olah raga...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline