Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Apa, Untuk Siapa

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu hal yang menjadi penyebab lambannya kemajuan negeri ini adalah selama ini, kita yang menjadi bagian didalamnya telah luntur orientasi utama saat memilih atau menjalankan profesi. Sebagian besar, jika diakui, fokus utama apa yang kita jalani lebih sering melenceng karena kondisi ataupun motivasi pribadi.

Sorry, berbelit ya kata pembukanya? Jadi begini saja deh, cara sederhananya, mari bertanya kepada diri sendiri, profesi atau apa yang sekarang kita jalani? Menjadi apa kita sekarang, dan untuk siapa?

Contoh mudahnya, andaikan Anda seorang guru. Apa motivasi utama ketika ingin menjalani profesi ini? “ Ooo, jelas, saya menjadi guru karena ingin mendidik para siswa agar cerdas dan berbudi luhur!” Heheheh...., ah..masa’ sih? Yang beneerr? Bukannya saat ingin menjadi guru itu berharap memiliki penghasilan tetap, mencari rejeki, siapa tahu diangkat menjadi PNS, karena mencari pekerjaan lain susah, atau alasan lain yang ujung-ujungnya lebih mengedepankan “diri sendiri”? Setelah menjadi guru/pengajar pun, masih perlu bercermin lagi, menjadi guru untuk para murid, atau untuk pemerintah/penguasa atau untuk diri sendiri, atau malah tak jelas?

“ Saya ingin jadi pegawai negeri!” Kenapa? Karena yang sering terlihat, mereka banyak yang santai sekali, tiap bulan terjamin digaji, dapat pensiun lagi! Satu banding seratus mungkin yang akan menjawab karena ingin menjadi abdi negara.

“ Saya ingin jadi tentara, masuk AKABRI!” Kenapa? Karena lulus langsung letnan dua, ditakuti di mana-mana, apalagi nantinya bisa jadi jenderal, akan cerah masa depannya!”

“ Saya ingin jadi pengusaha, konglomerat!” Kenapa? Yeee... pake nanya! Jelas biar jadi orang kaya, lah!

“ Saya ingin jadi anggota DPR!” Kenapa? Karena ingin mewakili aspirasi rakyat, agar semua tersalur, negara adil dan makmur! Halaaaagh!...Tenane?!

Nah, itu sekelumit tingkah laku dan motivasi kita-kita selama ini. Memang.., memang,..memang! itu manusiawi. Bagaimana mau mengabdi kalau perut lapar? Iya, tapi gini lho. Andaikata ada secuil saja niat untuk memberi tempat pada hal sejenis “mengabdi” itu, negara ini akan lebih cepat maju. Sedikiiit..saja lah, apalagi kalau rejeki kita sudah mapan, tengoklah motivasi terbaik kita, jangan ikuti rasa “lapar” yang akan tiada habisnya, karena di situlah godaan korupsi itu ada.

Menjadi apa, untuk siapa? Niatkanlah, walau sedikiiit..saja.

.

.

C.S.

Laper lagi nih...., sarapannya dikit.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline