Lihat ke Halaman Asli

[MIRROR] Buntalan Lusuh Mbah Karti

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh : Chris Suryo (79)

[caption id="attachment_148835" align="aligncenter" width="300" caption="from google"][/caption]

Dukuh Kring VIII, pelosok Yogyakarta, Tahun 1983.

Pukul dua belas malam, Pak Marno masih termenung di pendopo rumahnya. Lelaki tengah baya, kepala dukuh (kampung) ini, belum juga dihinggapi rasa kantuk. Padahal biasanya, dia sudah  terlelap bersama istrinya, yang sekarangpun  telah pulas di alam mimpi.

" Aneh malam ini,githok*ku kokprindang-prinding*dari tadi. Halagh!, nggak usah mikir macem-macem ah,  sejuta setan pun aku berani hadapi..", gumamnya dalam hati.

Suara ketukan keras di pintu membuat jantungnya berdegup kencang, karena memecah kesunyian aneh yang ia rasakan. Apalagi,  dibarengi suara panggilan yang penuh ketakutan.

"Nak Dukuuuh,....tolong...Nak!".

Terhenyak, seolah melompat dari duduknya. Pintu kayu pun berderit dibuka. Tampak seorang perempuan tua, rambutnya telah memutih. Wajah  yang keriput ini tampak pias, terlihat ketakutan dan kepanikan di sana, menghiba.

" Lho..., Mbah Karti,...ada apa?...malam-malam begini kok masih kelayapan?"

" Aduuhh...., aku habis dari pasar, kemaleman. Takut pulang sendirian, tolong Nak, aku diantar", Mbah Karti  gemetaran.

"Hm..., ya udah. Ayo Mbah,  kuantar pulang".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline