Lihat ke Halaman Asli

Geliat Nafas Persetubuhan

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

. [caption id="attachment_146229" align="aligncenter" width="400" caption="from google"][/caption] . Terjaga. Menyambut pagi dengan syukur, masih nikmati putaran hari Membuka. Pintu, jendela, dan semua rongga yang semalam terkunci Segar. Menghirup udara sejuk tersisa, berebut waktu dengan polusi Memandang. Senyum, cinta, dan harapan, jiwa-jiwa yang mengasihi . Terlihat. Di taman, ranting ketapang dan ilalang unjukkan karya diri Berseri. Tunas hijau kuncupnya baru, gantikan yang kering dan layu Tersaji. Di putik warna-warni kembang, kupu-kupu melambai menari Telah genap. Tetasnya telur menjadi ulat, kepompong usai membisu . Terdengar. Di ujung dahan, kutilang riuh hinggap, rangkaikan sarang Bernyanyi. Kicauan cinta, tetaskan mungil, biduan tetap bertembang Berpadu. Geliat resah, yang termulia bersaing langkah untuk menang Berganti. Kekalahan dan kemenangan, muara senyap tak kumandang . Menyaksikan. Lembar langit melingkupi, selalu indah beragam warna Tengadah. Putih, biru, hitam,lembayung atau juga jingga demi masa Menunggu. Saat persetubuhan, berputar mengisi dan terus berganti Menyambut. Datangnya waktu, segalanya pulang dalam damai sejati . . 03/12/11 East Jakarta C.S. (Bersetubuhlah jiwamu dengan kedamaian hati)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline