Lihat ke Halaman Asli

Ide "Stop Islamphobia" Makin Bikin Phobia

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya terus terang menyesal berkomentar di tulisan semacam artikel berjudul Stop Islamphobia yang ditulis oleh penulis  yang Saya akui cerdas, dengan menciptakan kondisi dipostingnya seolah-olah pemikirannya di amini oleh semua komentatornya. Cara cerdas tapi kerdil karena cara yang dilakukannya adalah menghapus komen-komen kompasianer lain yang tidak sependapat dengannya.

Hal ini sebenarnya telah Saya sadari sejak awal, ketika komentar Saya banyak dihapus di postingnya yang lain (kalau nggak salah yang tentang Tifatul dan Band Seringai). Namun ternyata jujur Saya akui ternyata saya yang bodoh karena "tergoda" untuk mengomentari postingnya, karena gatal dengan isi postingnya yang "berbahaya". Saya tidak tahu apakah beliaunya menyadari atau tidak, atau sengaja,atau memang hanya "segitu" yang ada di otaknya. Karena jika diperhatikan dibeberapa postingnya cenderung menciptakan pola pikir yang justru mengarah ke radikalisme. Dan cerdasnya, seperti apa yang saya sebut diatas, ia selalu menghapus komen-komen yang berseberangan dengannya. Sehingga terlihat jelas keinginannya agar dalam tulisannya tampak disetujui kompasianer lain. Sungguh sangat semu.

Memang benar apa yang pernah dikemukakan kompasianer lain bahwa tulisan mencerminkan karakter penulisnya. Dan melalui pemikiran-pemikirannya jelaslah siapa orang ini. Meski pasti mengelak tapi sejatinya tak tersangkal bahwa yang ada dalam pikirannya adalah "radikal". Ini pendapat pribadi Saya, rekan-rekan lain boleh tidak sependapat, namun sebaiknya menimbangnya.

Seperti salah satu tulisannya tentang Stop Islamphobia yang menutup mata bahwa ketakutan itu---saya cenderung menyebutnya sebagai ketakutan, karena benar pendapat kompasianer lain bahwa istilah Phobia (ketakutan tanpa alasan) kurang tepat dalam hal ini---adalah sebuah rasa dan bisa dibilang merupakan hak individu untuk mengalaminya. Dan senyatanya alasan untuk takut kepada Islam itu memang ada. Perbuatan Golongan tertentu dalam Islam/yang mengatasnamakan Islam tidak dipungkiri memang menimbulkan ketakutan-ketakutan terhadap Islam itu sendiri.

Idenya agar kita menghentikan (Stop) terhadap Ketakutan (phobia) terhadap Islam, dengan memposisikan bahwa ketakutan itu karena adanya "pencitraan" buruk terhadap Islam adalah tidak seimbang dan salah kaprah. Dengan semata-mata hanya berbekal pencitraan buruk itu ia mengesampingkan sesuatu yang sejatinya menjadi Sumber dari citra buruk itu sendiri. Dia memandang pihak yang mengalami ketakutan terhadap Islam (sementara sebut sajalah Islamphobia) itu berada dipihak yang dipersalahkan, bukan menelisik sebab kenapa mereka mengalami itu. Tentu saja tak dapat disalahkan jika banyak pihak yang mengalami "Islamphobia" itu, karena hal itu adalah rasa hati, yang sangat mungkin ditindaklanjuti dengan reaksi. Dan hal itu tentu saja tidak bisa serta merta diatasi dengan gembar-gembor "Stop Islamphobia", dengan menu pikiran marah bahwa kalian sangat kejam dengan tindakan-tindakan kalian yang takut pada kami.

Seharusnya dia sadar dan mengedepankan apa yang menjadi sumber ketakutan itu dan introspeksi untuk bagaimana hal yang dapat dilakukan sekecil apapun secara nyata untuk menunjukkan bahwa Islam itu damai, toleran dan bisa berdampingan dengan sejuk bersama umat lain. Bukan dengan teriakan " Hai, Stop Ketakutanmu, Kalian salah, Kami jangan ditakuti!", tapi dibelakangnya masih banyak (atau mungkin dia-nya sendiri) tetap menggenggam pedang, pentungan, dan Bom. Atau yang mengalami Phobia sebenarnya adalah dia sendiri, Phobia kalau Islam itu jangan sampai tidak ditakuti? Karena sebenarnya lebih banyak yang tidak mengalami ketakutan itu.

Itulah yang seharusnya direnungkan. Berlapang dada-lah untuk perbedaan pendapat, jangan mencari kepuasan untuk "memperkosa" opini orang agar tampak semu seolah semua bilang iya dan setuju dengan pendapat anda.

Untuk kompasianer lain, pesan Saya jangan tergelitik untuk terpancing berpendapat berseberangan dengannya karena percuma. Rugi..rugi...rugi..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline