sang dini hari berbisik padaku,
'kau boleh tertawa, boleh menangis, boleh menjerit, apa saja dalam pelukku.. hanya.. '
'hanya?' keningku berkeryit.
'iya, hanya biarkan sang hari nanti menggengam tanganmu erat dan menopangmu di pundaknya, supaya kau tidak jatuh tersandung lelah.'
aku menatapnya, setidaknya kata-katanya bukan sekedar bualan.
dan akhirnya, kuputuskan percaya padanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H