Lihat ke Halaman Asli

Bosporus Dreams (Bab I: Istanbul, 1965)

Diperbarui: 22 Agustus 2020   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                       Bb                                         Istanbul

                           Sumber : google.com

   Perkenalkan nama saya adalah Martin McKay, seorang pecinta sejarah dan budaya. Saya adalah seorang yang dilahirkan di Amerika Serikat lebih tepatnya di Brooklyn, sebuah daerah klasik yang berada di pinggiran kota New York. Mendengar kata New York, pasti kalian langsung memikirkan kehidupan mewah nan glamor yang menjadi ciri khas tersendiri untuk sebuah kota yang seluruh gedungnya hampir menembus langit tersebut. Ketika semua orang berlomba-lomba untuk pergi ke kota kelahiran saya dan menjadikan New York sebagai mimpi terbesar mereka, maka saya pun sebaliknya. Jujur sebagai seseorang yang sudah menghirup seluruh oksigen dan menikmati asam garam udara kota New York yang terkadang dipenuhi oleh polusi kendaraan mobil, saya sudah cukup muak dengan seluruh pemandangan kota yang itu-itu saja. Ketika semua teman-teman saya selalu bersemangat untuk mengunjungi Pub untuk menenggak minuman beralkohol sembari mendengarkan lantunan lagu dari suara indah Marylin Monroe dan Frank Sinatra. Maka saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu saya untuk berada di rumah untuk membaca buku dan mengunjungi sebuah perpustakaan yang berada di timur New York. Maklum, sebagai mahasiswa Sastra dan Sejarah, buku diibaratkan sebagai kekasih dan teman saya apalagi buku tersebut semakin membuat saya tertarik untuk menelusuri sejarah dan kebudayaan negara lain yang tidak pernah saya ketahui. Sebagai pecinta sejarah, saya sudah hafal betul di kepala saya tentang kisah kehebatan Napoleon Bonaparte dan Alexander The Great dalam menaklukan dunia dan bagaimana mereka mampu menebarkan pengaruh kekuasan dan budaya mereka ke seluruh dunia. Suatu hari, ketika saya sedang mengikuti kelas , tiba-tiba Professor yang juga memiliki jabatan penting di Universitas masuk ke kelas saya dan berkata : " Hari ini, saya ingin mengabarkan bahwa bulan depan,  Universitas menyedikan program pengiriman pelajar ke Istanbul. Apakah kalian tahu apa itu Istanbul ? sebuah kota di timur dunia yang memiliki kejayaan akan masa lalu yang luar biasa, saya yakin kalian akan jatuh cinta dengan kota tersebut apabila kalian mengunjunginya nanti ?" Mendengar perkataan professor tersebut, saya langsung membayangkan sebuah peradaban yang luar biasa yang akan saya temui dalam waktu mendatang, rasanya waktu itu ingin secepatnya tiba. 

November 1965, akhirnya saya benar-benar berada di Istanbul, bagi saya, Istanbul adalah suatu keajaiban yang pernah saya jumpai dalam seumur hidup saya. Bagaimana tidak, kota ini memiliki arsitektur yang sangat luar biasa indahnya dan memiliki perpaduan dari agama Kristiani dan Muslim yang pernah berkuasa di negeri ini. Dari kisah Konstantinopel hingga Khilafah Ustmaniyah yang pernah saya dapati dari Universitas Kemal Attaturk yang pernah saya dapati menjadi bukti bahwa negara ini pernah menjadi suatu titik ukur dalam menguasai dunia. Karena Turki adalah gerbang yang menghubungkan daratan Eropa dengan Asia yang pastinya ini adalah kesempatan besar bagi para penguasa dunia saat itu untuk memperluas pengaruh mereka dan Turki adalah gerbang awalnya. Asrama saya terletak di sisi barat daya dari selat Bosporus dan beruntungnya saya karena kamar yang dihuni oleh saya berada di lantai 5 sehingga saya mampu menikmati pemandangan menakjubkan Selat Bosporus dengan latar belakang Hagia Sophia, sebuah museum indah berbentuk bangunan masjid yang menjadi lambang dari pertarungan sengit antara Konstantinopel dengan Ottoman  yang akhirnya dimenangkan oleh Kesultanan Khilafah Ustmaniyah tersebut. Melihat Turki yang modern seperti sekarang ini, saya jadi penasaran dan ingin membayangkan bagaimana kehidupan jaman Khilafah dahulu. Apakah seperti yang terjadi di depan mata saya seperti sekarang ini atau sebaliknya ? di negeri ini, Kemal Attaturk selalu dielu-elukan sebagai pemimpin Turki terbaik sepanjang masa. Setiap saya berjalan di sudut kota, memasuki restoran, membeli kebab ataupun berada di lingkungan Universitas, selalu saya jumpai poster Kemal Attaturk di setiap sudut dinding. Mengenai Kemal Attaturk, dalam setiap pelajaran yang saya terima di Universitas bahkan hingga bertukar pikiran dengan mahasiswa asli Turki lainya, Kemal Attaturk adalah pahlawan besar di negeri ini dan tentang bagaimana dia mampu memimpin prajurit Turki untuk berperang melawan pasukan Inggris dan Australia dalam Pertempuran Gallipoli dalam rangka mempertahankan tanah air mereka sendiri. Namun, dari setiap betapa gagahnya dan harumnya nama Kemal Attaturk, hanya sedikit yang saya temui dari kisah Sultan Abdul Hamid II dan Kesultanan Khilafahnya, bahkan setiap saya bertanya kepada beberapa mahasiswa asli Turki, mereka seperti tidak tahu tentang sejarah masa lalu negeri mereka ketika berada di jaman Sultan Abdul Hamid II. Bahkan mereka cenderung seperti tutup mulut untuk bercerita tentang kisah Kesultanan tersebut. 

   Perkenalkan nama saya adalah Martin McKay, seorang pecinta sejarah dan budaya. Saya adalah seorang yang dilahirkan di Amerika Serikat lebih tepatnya di Brooklyn, sebuah daerah klasik yang berada di pinggiran kota New York. Mendengar kata New York, pasti kalian langsung memikirkan kehidupan mewah nan glamor yang menjadi ciri khas tersendiri untuk sebuah kota yang seluruh gedungnya hampir menembus langit tersebut. Ketika semua orang berlomba-lomba untuk pergi ke kota kelahiran saya dan menjadikan New York sebagai mimpi terbesar mereka, maka saya pun sebaliknya. Jujur sebagai seseorang yang sudah menghirup seluruh oksigen dan menikmati asam garam udara kota New York yang terkadang dipenuhi oleh polusi kendaraan mobil, saya sudah cukup muak dengan seluruh pemandangan kota yang itu-itu saja. Ketika semua teman-teman saya selalu bersemangat untuk mengunjungi Pub untuk menenggak minuman beralkohol sembari mendengarkan lantunan lagu dari suara indah Marylin Monroe dan Frank Sinatra. Maka saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu saya untuk berada di rumah untuk membaca buku dan mengunjungi sebuah perpustakaan yang berada di timur New York. Maklum, sebagai mahasiswa Sastra dan Sejarah, buku diibaratkan sebagai kekasih dan teman saya apalagi buku tersebut semakin membuat saya tertarik untuk menelusuri sejarah dan kebudayaan negara lain yang tidak pernah saya ketahui. Sebagai pecinta sejarah, saya sudah hafal betul di kepala saya tentang kisah kehebatan Napoleon Bonaparte dan Alexander The Great dalam menaklukan dunia dan bagaimana mereka mampu menebarkan pengaruh kekuasan dan budaya mereka ke seluruh dunia. Suatu hari, ketika saya sedang mengikuti kelas , tiba-tiba Professor yang juga memiliki jabatan penting di Universitas masuk ke kelas saya dan berkata : " Hari ini, saya ingin mengabarkan bahwa bulan depan,  Universitas menyedikan program pengiriman pelajar ke Istanbul. Apakah kalian tahu apa itu Istanbul ? sebuah kota di timur dunia yang memiliki kejayaan akan masa lalu yang luar biasa, saya yakin kalian akan jatuh cinta dengan kota tersebut apabila kalian mengunjunginya nanti ?" Mendengar perkataan professor tersebut, saya langsung membayangkan sebuah peradaban yang luar biasa yang akan saya temui dalam waktu mendatang, rasanya waktu itu ingin secepatnya tiba. 

November 1965, akhirnya saya benar-benar berada di Istanbul, bagi saya, Istanbul adalah suatu keajaiban yang pernah saya jumpai dalam seumur hidup saya. Bagaimana tidak, kota ini memiliki arsitektur yang sangat luar biasa indahnya dan memiliki perpaduan dari agama Kristiani dan Muslim yang pernah berkuasa di negeri ini. Dari kisah Konstantinopel hingga Khilafah Ustmaniyah yang pernah saya dapati dari Universitas Kemal Attaturk yang pernah saya dapati menjadi bukti bahwa negara ini pernah menjadi suatu titik ukur dalam menguasai dunia. Karena Turki adalah gerbang yang menghubungkan daratan Eropa dengan Asia yang pastinya ini adalah kesempatan besar bagi para penguasa dunia saat itu untuk memperluas pengaruh mereka dan Turki adalah gerbang awalnya. Asrama saya terletak di sisi barat daya dari selat Bosporus dan beruntungnya saya karena kamar yang dihuni oleh saya berada di lantai 5 sehingga saya mampu menikmati pemandangan menakjubkan Selat Bosporus dengan latar belakang Hagia Sophia, sebuah museum indah berbentuk bangunan masjid yang menjadi lambang dari pertarungan sengit antara Konstantinopel dengan Ottoman  yang akhirnya dimenangkan oleh Kesultanan Khilafah Ustmaniyah tersebut. Melihat Turki yang modern seperti sekarang ini, saya jadi penasaran dan ingin membayangkan bagaimana kehidupan jaman Khilafah dahulu. Apakah seperti yang terjadi di depan mata saya seperti sekarang ini atau sebaliknya ? di negeri ini, Kemal Attaturk selalu dielu-elukan sebagai pemimpin Turki terbaik sepanjang masa. Setiap saya berjalan di sudut kota, memasuki restoran, membeli kebab ataupun berada di lingkungan Universitas, selalu saya jumpai poster Kemal Attaturk di setiap sudut dinding. Mengenai Kemal Attaturk, dalam setiap pelajaran yang saya terima di Universitas bahkan hingga bertukar pikiran dengan mahasiswa asli Turki lainya, Kemal Attaturk adalah pahlawan besar di negeri ini dan tentang bagaimana dia mampu memimpin prajurit Turki untuk berperang melawan pasukan Inggris dan Australia dalam Pertempuran Gallipoli dalam rangka mempertahankan tanah air mereka sendiri. Namun, dari setiap betapa gagahnya dan harumnya nama Kemal Attaturk, hanya sedikit yang saya temui dari kisah Sultan Abdul Hamid II dan Kesultanan Khilafahnya, bahkan setiap saya bertanya kepada beberapa mahasiswa asli Turki, mereka seperti tidak tahu tentang sejarah masa lalu negeri mereka ketika berada di jaman Sultan Abdul Hamid II. Bahkan mereka cenderung seperti tutup mulut untuk bercerita tentang kisah Kesultanan tersebut. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline