Lihat ke Halaman Asli

Ketika Makna Kemerdekaan Itu Kembali Berbicara

Diperbarui: 17 Juli 2020   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tugu Pembebasan Irian|Sumber : dok_pribadi

                                      Pada tanggal 25 Juli 2018, Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta meresmikan area Lapangan Banteng yang tampil dengan "wajah baru"-nya. Peresmian Lapangan Banteng tentu saja disambut meriah oleh masyarakat DKI Jakarta yang harus menunggu sekitar 2 tahun untuk menantikan "wajah baru" dari tempat ini. 

Terbentuknya "wajah baru" dari Lapangan Banteng ini tidak terlepas dari andil Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menginginkan supaya Lapangan Banteng berbenah menjadi tampilan tempat yang estetika dan nyaman untuk dikunjungi oleh seluruh masyarakat DKI Jakarta dan oleh karena itu, Beliau mempercayakan tugas ini kepada salah satu arsitek ternama di Indonesia, Yori Antar untuk membuat suatu rancangan dan bentuk landscape yang akan ditampilkan dalam keindahan dan kenyamananya. 

Dan hasilnya, kini Lapangan Banteng tidak lagi sebagai sebuah "pajangan" seperti dulu dimana setiap harinya masyarakat DKI Jakarta hanya "numpang lewat" dengan kendaraan transportasinya. 

Sekarang Lapangan Banteng berubah menjadi suatu tempat yang selalu ramai dikunjungi dari pagi hingga malam hari dimana banyak pengunjung yang datang untuk berolahraga, bersantai, dan mengabadikan foto-foto.

Di tempat ini pula, terdapat sebuah tugu yang menjulang tinggi dengan patung pria bertubuh kekar dengan mengangkat kedua tanganya ke atas yang bernama Tugu Pembebasan Irian Barat. 

Mengenai sejarah, tempat dan patung tersebut memang memiliki sejarah panjang dibalik berdirinya kedua elemen tersebut. Pada zaman penjajahan Kolonial Belanda, lapangan ini dibangun dan diberi nama oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada zaman itu dengan nama Waterlooplein yang berarti Lapangan Waterloo. 

Lapangan ini sendiri dibentuk pada saat itu untuk mengenang pertempuran Waterloo di tahun 1815 dimana koalisi Inggris, Belanda, dan Jerman berhasil mengalahkan Kerajaan Prancis dibawah pimpinan Napoleon Bonaparte yang dicatat sebagai salah satu pertempuran terbesar di dunia. 

Di jaman penjajahan Jepang, tempat ini dinamakan Lapangan Singa dan barulah di sekitar tahun 1960-an, Lapangan Banteng  mulai berbenah.

Di tahun 1960-an, Indonesia sedang mengalami gejolak dan konflik yang harus dihadapi dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negeri. Salah satunya adalah konflik antara Indonesia dengan Belanda mengenai masalah pulau Irian yang saat itu masih berada dibawah penjajahan Belanda. 

Meski Indonesia sudah resmi memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, wilayah Irian yang sekarang ini sebut dengan nama Papua masih tetap berada dibawah kendali pemerintahan Belanda hingga 17 tahun kemudian dimana Belanda melanggar perjanjian dengan Indonesia yang berisi bahwa Belanda harus mengembalikan Irian ke pemerintahan Indonesia sesuai waktu yang disepakati.

 Tak terima dengan sikap Belanda, Ir.Soekarno atau yang disebut Bung Karno sebagai Presiden sekaligus Panglima tertinggi negara Indonesia menyatakan perang melawan Belanda yang dikenal sebagai Operasi Trikora demi memperebutkan kembali Irian Barat pada tahun 1961. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline