Lihat ke Halaman Asli

Memperdebatkan Hasil dari Kebijakan "Penggusuran" di Jakarta

Diperbarui: 1 Juli 2020   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lokasi Penggusuran di Sunter

                                       Penggusuran adalah salah satu program di Indonesia yang selalu menimbulkan berbagai kontroversi dan perdebatan. Topik ini kembali saya angkat ketika tadi pagi saya melewati bekas area penggusuran pemukiman kumuh di bantaran kali yang berada di wilayah Sunter, Jakarta Utara. 

Di Jakarta, ibukota Indonesia yang terkenal sebagai salah satu kota terpadat di Asia, penggusuran diibaratkan sebagai suatu bencana tersendiri bagi para warga yang tinggal di pemukiman kumuh yang terutama bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai dan berada di atas area yang cukup ilegal.

Dalam bahasa di ilmu perkotaan, istilah terhadap pemukiman kumuh yang ilegal ini disebut dengan slum. Jenis pemukiman kumuh inilah yang menjadi salah satu masalah besar di Jakarta setelah banjir dan kemacetan

Oleh karena itu, penggusuran adalah satu-satunya solusi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama adalah Gubernur yang paling menggaungkan dan paling gencar melakukan program penggusuran.

Sudah tercatat berapa banyak penggusuran terhadap pemukiman kumuh yang dilakukan oleh Pmeda DKI Jakarta dibawah pimpinan Ahok. namun diantara itu semua, Kalijodo adalah salah satu program penggusuran paling tersukses.

Secara sejarah, Kalijodo adalah salah satu tempat atau kiblat "terharam" karena disana adalah sarang protistusi dan seks bebas. Akan tetapi, Kalijodo yang awalnya suram langsung disulap menjadi waduk dengan perancangan lansekap terbaik yang kini menjadi salah satu objek wisata terbaik di Jakarta.

Selain melakukan penggusuran dan penertiban, Ahok juga sudah membangun banyak Rusunawa dan Rusunami untuk digunakan sebagai tempat tinggal para warga yang terkena dampak dari penggusuran dan penertiban tersebut sehingga warga menjadi tidak terlantar dan bisa mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak.

Setelah Ahok tidak lagi memimpin DKI Jakarta dan digantikan oleh Anies Baswedan, tak serta merta membuat program penggusuran dihentikan. Meskipun pada masa kampanye, Anies menjanjikan untuk tidak melakukan satupun penggusuran, akan tetapi kenyataanya kondisi kepadatan Jakarta yang semakin memadat membuat Anies tidak punya pilihan lain selain melakukan program penggusuran layaknya Ahok.

Hasilnya pada tahun 2019, Anies mampu mengambil langkah yang cukup berani dengan melakukan penggusuran besar-besaran terhadap pemukiman yang berdiri berderetan di atas dan sepanjang kali sunter yang dimana pemukiman tersebut sudah berdiri selama puluhan tahun lamanya tanpa ada yang berani menertibkan kawasan tersebut. 

Meskipun pada akhirnya Anies harus mendapatkan kecaman dan hinaan dari banyak pihak karena dianggap melanggar kampanye dan dituduh sebagai pemimpin "bermuka dua". Saya sebagai warga Sunter sangat berterima kasih sekali terhadap keputusan Anies tersebut dikarenakan program penggusuran tersebut mampu membawa perubahan besar dalam sistem kebersihan lingkungan dan drainase di Kali Sunter.

Dulu, Kali Sunter yang menjadi tempat pemukiman kumuh tersebut memiliki tingkat polusi dan pencemaran yang cukup memprihatinkan karena Kali Sunter menjadi kotor oleh limbah buangan dari penduduk di pemukiman bantaran kali tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline