Lihat ke Halaman Asli

Chrisania SharonVircilia

Penulis 8 buku solo dan telah memenangkan berbagai lomba menulis cerpen.

Mentari Pagi dari K-drama Daily Dose of Sunshine

Diperbarui: 21 November 2024   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daily Dose of Sunshine (Sumber: Netflix)

Pada awal tahun 2024, aku baru merasakan dampak penyakit kronis yang pada akhirnya mengganggu penglihatanku, membuatku dikeluarkan dari tempat kerja.  Karena hal itu, hidupku menjadi kacau balau. Aku tidak bisa merasakan apa itu emosi karena perasaan hampa. Aku cenderung mengurung diri di dalam kamar dan merasa dunia ini sudah runtuh dan hancur berkeping-keping. Rasanya sungguh berat dan menyesakkan. Perasaan campur aduk seperti ingin mengakhiri hidup kerap menghantui, tetapi di satu sisi sebenarnya aku masih ingin hidup. Aku lelah dengan segala keributan yang ada di kepalaku, mengacaukan sanubari yang sudah memiliki lubang di sana-sini.

Meskipun hidup terasa berat dan aku kehilangan minat dengan banyak hal, subscription Netflix yang masih ada membuatku berpikir untuk mencari hiburan di tengah kebosanan, meskipun aku sendiri tidak yakin apakah hiburan ini akan mempan untukku.

Sebuah judul drama Korea menarik perhatianku. Daily Dose of Sunshine, begitulah judulnya. Aku membuka detail film itu dan membaca sinopsisnya. Drama ini menceritakan tentang Jung Da-Eun (yang diperankan oleh Park Bo-Young) yang sebelumnya bekerja sebagai perawat di bangsal penyakit dalam. Namun karena sifatnya yang terlalu baik terhadap pasien, ia dipindahkan ke bangsal psikiatri. Meskipun sama-sama menjadi perawat, tentunya menangani pasien yang memiliki sakit di jiwa sangat berbeda dengan pasien-pasien lain yang memiliki sakit secara fisik.

Kisah yang aku rasa ringan untukku, begitulah pikirku saat itu. Sebenarnya aku ini sangat menyukai drama Korea, terutama genre misteri, thriller, hukum, aksi, dan fantasi. Namun sejak aku mengalami depresi dan anxeity, diperparah lagi karena musibah lain yang menimpaku, aku tidak sanggup menikmati film maupun series dengan tema yang berat dan berdarah-darah.

Awalnya aku merasa bosan menonton drama ini. Bukannya aku langsung mengecap drama ini jelek, tapi buatku yang terbiasa dengan alur cerita yang cepat, tentu saja alur yang slice of life ini terasa membosankan. Tapi aku tetap mencoba meneruskan drama ini, lalu aku menyadari banyak hal.

Orang yang sakit jiwa tidak bisa disamakan dengan orang bodoh. Justru sebenarnya orang yang punya sakit jiwa itu sangat kreatif, saking kreatifnya bahkan bisa membuat ide gila untuk membunuh atau menyakiti dirinya sendiri. Mereka bisa memanfaatkan gorden, tali lanyard milik perawat, ataupun anting yang dipakai perawat untuk menyakiti diri mereka sendiri. Sebagai penyintas bunuh diri, aku sadar kalau aku juga pernah melakukan hal-hal yang pernah dilakukan oleh para pasien di bangsal psikiatri itu, makanya aku mengerti maksud di drama tersebut.

Perlahan, aku menikmati drama ini. Terkadang aku tertawa, terkadang aku ikut merasa cemas karena tingkah para pasien yang menimbulkan kegemparan, dan juga aku merasa berempati dengan mereka. Kebanyakan dari mereka bukanlah orang yang punya penyakit mental pada awalnya, tetapi karena keadaan dan interaksi antarmanusia itulah yang membuat orang-orang itu memendam semuanya dalam hati dan tahu-tahu bertindak tidak seperti biasanya.

Dimulai dari kisah pasien bipolar bernama Oh Ri-Na yang merasa dirinya tidak sakit. Namun tingkahnya menari dengan tubuh telanjang ketika dalam fase manik serta menutup diri dan tidak mau melakukan apa pun, termasuk makan, ketika fase depresi membuat Dae-Un cemas. Ternyata diketahui bahwa penyebab Oh Ri-Na menderita bipolar akibar ibunya yang terlalu overprotektif sekaligus terlalu mengatur hidup Ri-Na. Afeksi berlebihan dari ibunya membuat Oh Ri-Na kehilangan kehendak bebas karena dia merasa seperti boneka yang diatur dan digerakkan oleh orang yang memainkannya.

Pasien bernama Kim Sung-Sik yang mengalami gangguan kecemasan akut, yang disebabkan karena perilaku bosnya yang kerap menindasnya dengan omongan---sering disebut sebagai gaslighting---yang bahkan sampai melarangnya untuk ke kamar mandi. Hal ini membuat Sung-Sik merasa takut berlebihan ketika dia ditegur mengenai sesuatu, yang sebenarnya tidak ada maksud untuk menyalahkannya. Dia bahkan benar-benar mempercayai kalau dirinya benar-benar bodoh dan tidak berguna seperti yang dikatakan atasannya itu. Menonton adegan ini membuatku sadar kalau aku masih suka mengecap orang dengan hal-hal buruk, yang mungkin tanpa aku sadari tak hanya menyakiti hatinya, tapi juga bisa mengganggu kejiwaannya. Dan juga masih banyak kisah pasien-pasien bangsal psikiatri yang tidak dapat aku ceritakan semuanya di sini.

Selain kisah-kisah pasien di bangsal psikiatri, aku juga dapat melihat character development yang sangat bagus dan relatable dengan kehidupan sehari-hari, seperti Dae-Un yang overthinking ketika beberapa perawat berbisik-bisik di belakangnya, padahal sebetulnya para perawat itu tidak membicarakannya. Ada juga Song Yu-Chan yang kelihatan ceria dan supel, tetapi dia tak mampu berkutik melihat mantan rekan kerjanya di perusahaan terdahulu datang ke restorannya, yang akhirnya diketahui kalau dirinya mengalami gangguan panik. Lalu ada juga momen ketika Dae-Un mengalami depresi berat hingga dia pernah memutuskan untuk bunuh diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline