Manusia memang begitu, baru memerlukan diri untuk bicara setelah mengalaminya.
Sebenarnya lama ingin menuliskan soal ini, tapi sayangnya sering tertunda. Sampai kemudian, hari ini, kendaraan saya sendiri terperosok demi menghindari gesekan dengan mobil dari arah berlawanan pada jalan yang menyempit.Saya kira di Tangerang Selatan (Tangsel) banyak yang seperti saya, lama memendam rasa kesal melihat 'ketidak--senonohan' penggalian jalan-jalan oleh adanya proyek selokan di Tangsel.
BTW, saat sedang menuliskan ini, tiba-tiba saya juga melihat ada sebuah truk barang yang rodanya kejeblos selokan. Kejadian itu adalah yang kedua setelah yang menimpa mobil saya. Jika mobil saya terperosok, truk itu bukan sekedar terperosok tetapi salah satu rodanya kejeblos ke dalam selokan karena melewati beton penutup selokan yang sudah jadi tetapi ternyata strukturnya tidak kuat. Saya yakin kejadian sejenis sering terjadi di sekitaran pinggir jalan di Tangsel.
Tangsel memang agak lain, menggali selokan untuk mengalirkan limpahan air hujan justru dilakukan di musim hujan. Aneh kan? Alih-alih melancarkan limpahan air mengalir, galian-galian itu justru memampetkan sistem saluran dan gundukan tanah bekas galiannya sangat mengganggu pengguna jalan.
Ada beberapa hal yang mestinya menjadi perhatian. Pertama, gara-gara proses galian yang berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan menyebabkan kemacetan luar biasa.
Proses penggalian dengan mesin berat, penumpukan material bangunan dan hasil galian di pinggir jalan, lalu-lalang loading-unloading barang cukup menyita badan jalan, bahkan kadang hampir separuhnya. Konsekuensinya, jalanan macet panjang mengekor dikarenakan harus antri oleh jalan yang hanya berfungsi satu lajur.
Kedua, tumpukan material bekas galian berupa tanah lempung, jika terkena panas berdebu dan jika terkena hujan menjadi licin luar biasa. Kecelakaan sering terjadi apalagi pada saat musim hujan karena ban kendaraan tergelincir oleh permukaan jalan yang licin oleh tanah lempung. Kecelakan ini tak jarang menyebabkan fatal.
Ketiga, penggalian itu kadang tak tuntas. Saat bertemu dengan tiang listrik atau tiang kabel telepon, mereka masih membiarkan saja saluran itu dibuat tetap pada jalur tiangnya sehingga saluran di dalamnya sebenarnya menyempit.
Ini mengakibatkan jika ada aliran air hujan yang masuk ke saluran tersebut masih saja tersumbat sehingga tetap saja masih ada genangan jika hujan lebat.
Belum lagi kabel-kabel internet yang terganggu akibat penggalian tersebut, pasti banyak pelanggan internet yang tiba-tiba putus jaringannya.
Pertanyaan masyarakat awam, kenapa penggalian selokan-selokan itu harus dilakukan di bulan-bulan menjelang akhir tahun? Atau sudah menjadi rahasia umum, karena alasan demi mengejar target serapan anggaran APBD? Tapi kenapa hal ini berlangsung saban tahun?