Kemarin pada hari Minggu 24 Maret 2024 saya menghadiri acara Buka Bersama yang diselenggarakan oleh Turuntangan Jakarta. Acara yang diadakan di Rumah Relawan TurunTangan, Cikini Jakarta Pusat ini kebetulan saya diminta untuk memberikan sambutan dan pesan-pesan akan Puasa dan nilai-nilai utama di bulan Ramadan.
Saya mengajak sedikit berdikusi kepada pengurus Turuntangan Jakarta , bahwa pada agama-agama samawi pun bahkan bukan agama samawi juga ada ajaran tentang puasa. Contohnya para umat Kristiani berpuasa dengan meninggalkan makanan yang disukainya selama 40 hari. Aktualisasi dari laku berpuasa selama sebulan adalah terus turun tangan membantu orang lain dan terlibat dalam menyelesaikan masalah-masalah di sekitar kita.
Tapi intinya bahwa puasa itu adalah proses bagi orang yang melaksanakannya, dan merupakan latihan agar dapat merasakan prihatin, tujuannya secara eksplisit berpuasa dalam agama Islam adalah la'al-lakum tatakun, yaitu supaya kita bertakwa. Definisi takwa pada umumnya adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Inti dari takwa itu sebenarnya kan takut untuk melanggar aturan, takut untuk berbuat dosa, takut untuk tidak disiplin.
Takwa itu sebenarnya kan takut untuk melanggar aturan, takut untuk berbuat dosa, takut untuk tidak disiplin. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa derajat manusia itu bukan ditentukan oleh baik buruknya rupa wajahnya, harta bendanya, jabatan serta tahtanya, akan tetapi yang paling mulia di antara para manusia itu adalah tingkat ketakwaannya. Jadi bukan pula dari kecerdasannya, bukan keturunannya, bukan dari anak siapa akan tetapi ketakwaannya bahkan tidak dilihat berdasarkan strata sosialnya.
Saya menambahkan bahwa dalam ajaran Tauhid itu bukan sekedar kami percaya ada Tuhan Yang Maha Esa, ajaran Tauhid apabila diajarkan dan diejawantahkan secara benar maka akan menjadi insan yang actionable, mewujud dalam perbuatan sikap manusia itu sendiri. Apa maksudnya? Bahwa ketika orang itu hanya yakin bahwa ia merasa super power, merasa ultimate, seharusnya yang paling harus ditakutkan adalah Tuhan.
Jika demikian maka dia tidak takut lagi dengan yang selain Tuhan termasuk takut sesama makhluk dan lain-lain. Dan kemudian kalau dia mengilhami dari ketakwaanya, maka dia akan melihat bahwa sesama manusia itu adalah setara. Nah itulah yang kemudian kenapa waktu itu Nabi Muhammad SAW berhasil membangkitkan semangat orang-orang yang tertindas di Makkah waktu itu untuk melawan perilaku jahiliyah. Kala itu di kota Makkah ketika era Nabi mengawali syiar Islam merupakan era dimana suburnya feodalisme yang sangat hegemonik.
Hanya keturunan-keturunan dari golongan tertentu yang merasa paling "terbaik" diantara kaum-kaum yang lain yan bermukim di Mekkah. Kaabah, kala itu hanya dikuasai oleh sekelompok klan tertentu, nah disitulah kemudian Rasulullah SAW justeru mendekati para budak dan kamum mustad'afin (orang-orang terpinggirkan) dengan penuh keikhlasan mengajarkanan ilmu Tauhid dan memberikan pencerahan bahwa meskipun sebagai budak sahaya akan tetapi derajat dan status sosialnya sama dengan orang-orang keturunan bangsawan bani Quraisy di depan Allah SWT sama, asalkan perbuatan-perbuatanmu itu sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Oh iya, puasa juga merupakan latihan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang disekeliling kita yang secara ekonomi kurang. Contohnya ada orang-orang yang merasakan lapar berhari-hari, kita yang menjalankan puasa harus dapat merasakan itu supaya memiliki empati. Selain itu, berpuasa juga melatih kedisiplinan, seperti disiplin waktu, contohnya waktunya berbuka ya berbuka, waktunya untuk sahur kita juga tunaikan sahur.
Contoh lain dari disiplin yaitu disiplin tidak sekedar tidak makan dan tidak minum, tetapi juga harus menjaga pandangannya, menjaga lisannya, pendengarannya bahkan perasaannya. Kesimpulannya adalah pengendalian diri. Pengendalian diri ini Kuncinya apa? Sabar! Saya mungkin pernah cerita tentang kesabaran yang dicontohkan langsung Oleh Nabi Muhammad SAW.
Mungkin bagi sebagian kita kan sering mengartikan bahwa sabar ada batasnya. Sabar itu tak terbatas loh. Kalau anda sabar ya jangan mengukur dengan batasan-batasan. Contoh dari perilaku sabar seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mempunyai kebiasaan rutin yaitu menyuapi makan orang buta yang merupakan pengemis di pasar. Sembari menyuapi orang buta itu, orang buta itu becerita bahwa cilaka Muhammad, pokoknya jangan percaya sama Muhammad, Muhammad itu tukang dusta, tukang sihir. Tapi Nabi Muhammad tidak pernah marah bahkan tidak pernah mengaku siapa dirinya sebagai seorang nabi dan rasul dan bahkan sebagai pemimpin negara.