Lihat ke Halaman Asli

M Chozin Amirullah

Blogger partikelir

Dejavu Ringan dengan Ponpes Wahid Hasyim Jogja

Diperbarui: 9 Juni 2023   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : madin.ppwahidhasyim.com

Alhamdulillah akhirnya saya sampai di Pondok Pesantren (Ponpes) Wahid Hasyim Yogyakarta. Sewaktu kuliah di Fakultas Pertanian UGM dulu (tahun 1990-an akhir), saya sempat mondok di sini. Mondok sambil kuliah, kuliah sambil mondok. Tumbuh dalam lingkungan pesantren, rasanya tak rela kalau kuliah di Jogja tetapi tinggalnya di kos-kosan saja. Saya adalah diantara mahasiswa yang meskipun kuliahnya bidang umum, tetapi tinggalnya di pondok agar tetap bisa melanjutkan mendalami ilmu-ilmu agama.

Medio Mei 2023 lalu, saya secara tidak sengaja menginap di Allstay Ecotel Yogyakarta yang persis di seberang Ponpes Wahid Hasyim. Karena datangnya malam, saya enggak sadar kalau ternyata itu persis di seberang Ponpes Wahid Hasyim Yogyakarta di Nologaten, Sleman.

Saya terkenang ketika setiap berangat kuliah saya mengayuh sepeda ke kampus setiap hari yang berjarak kurang lebih 5 km.

Alhamdulllah, kini bangunan Ponpes Wahid Hasyim sudah bagus, disana-sini ada beberapa bangunan baru sebagai fasilitas untuk para santri menimba ilmu.

Oh iya sedikit cerita nih, Ponpes Wahid Hasyim berdiri pada tanggal 11 Maret 1977. Sesuai dengan namanya, Wahid Hasyim adalah nama yang diberikan oleh pendiri pondok pesantren ini yaitu Almarhum Al-Maghfurlah KH. Abdul Hadi As-Syafii. Adanya penyematan nama ulama besar Indonesia, sebagai bentuk penghormatan beliau kepada KH. Wahid Hasyim, ayahanda dari Alm. Abdurrahman Wahid atau yang dikenal Gus Dur, Presiden ke-4 RI. 

KH. Abdul Wahid Hasyim adalah pahlawan nasional yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara dan juga pernah sebagai Menteri Agama pada era orde lama. Ia juga merupakan anak dari Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari pendiri sekaligus Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU).

Saat reformasi 1998, saya sangat intens terlibat dalam gerakan reformasi sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan pondok secara penuh. Akhirnya saya pun pamit dari pondok, karena tidak enak keseringan bolos pelajaran. Waktu itu hari-hari lebih banyak untuk menjalankan aktivitas parlemen jalanan menuntut reformasi.

Walaupun saya tidak sampai tuntas "ngangsu kawruh" di Ponpes ini, tetapi kenangan dan ilmu yang saya peroleh dari pondok tidak hilang, bahkan  menjadi bekal buat saya selamanya.[]

Yuk baca artikel-artikelku yang menarik disini:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline