Lihat ke Halaman Asli

M Chozin Amirullah

TERVERIFIKASI

Blogger partikelir

Aset Sejarah Itu, Kartini

Diperbarui: 22 April 2022   04:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Kompas.com

"Walaupun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, walaupun saya akan patah di tengah jalan, saya akan mati dengan bahagia. Jalan sudah terbuka dan saya telah turut merintis jalan yang menuju kebebasan dan kemerdekaan perempuan bumiputra." 

Petikan di atas ditulis oleh Kartini kepada sahabat penanya, Rosa Manuela Abendanon-Mandri di Belanda. Perjuangan memang tak selalu berujung pada menikmati hasil, namun perjuangan itu sendiri adalah sebuah kenikmatan. 

Begitu kira-kira yang dijalankan oleh Kartini. Ia meninggal terlalu dini, pada usia 25 tahun, sebelum bisa menikmati hasil perjuangannya. Tapi baginya, kematiannya adalah kematian yang bahagia karena telah membuka jalan bagi kemerdekaan kaum perempuan, jauh sebelum Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya.

Bayangkan, di tahun awal 1900-an, bahkan sebelum kata Indonesia itu ada, seorang gadis berumur 20 tahun berani menulis protes kepada pemerintah Hindia-Belanda: meminta agar ada kesetaraan dalam pendidikan kaum bumiputera. Di saat cengkraman patriarki menyeluruh baik dalam tatanan sosial-politik, budaya, dan bahkan tafsir agama, betapa maju pemikiran dan keberanian Kartini waktu itu.
 
Pertanyaan menggelitik, di era penuh keterbukaan dan kesetaraan seperti sekarang ini, umur 20 kita sudah bisa apa? Tapi saya tak mau menjawab atau menambahkam pertanyaan di di atas. Saya hanya mau mengatakan bawah bangsa sesungguhnya Indonesia memiliki aset sejarah dan sosial luar biasa terhadap Kartini. 

Di saat bangsa-bangsa lain masih berada dalam kegelapan dalam menempatkan perempuan, bangsa kita sudah memiliki sosok-sosok perempuan pejuang. Tak cukup hanya menyebut Kartini, kita juga bisa menyebut tokoh-tokoh perempuan hebat lainnya pada zaman itu: Rahma El-Yunusiyah (sosok syekh perempuan pertama di Al-Azhar), panglima perang Malahayati, Cut Nyak Dien, dan sebagainya.

Para perempuan negeri ini disuburi oleh darah para pejuang perempuan yang berani tampil ke depan di saat bangsa-bangsa lain masih jauh dari peradaban.

Selamat Hari Kartini, selamat merengkuh kemajuan wahai para perempuan Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline